Senin, 06 Maret 2017

MAKALAH DOSA-DOSA BESAR DAN TAUBAT

MAKALAH
DOSA-DOSA BESAR DAN TAUBAT
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas : Hadits
Dosen Pengampu :











Disusun Oleh :
                                        Devi Eka Nurdiana                (1403086001)
Ikmal Maulasany                    (1403086003)
Ulfa Auliya                            (1403086004)
                                        Fikri alfian                              (1403026072)
                                        Ulwiyatun Linahtadya           (1403026074)



FAKULTAS sains DAN teknologi
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Di dalam ajaran islam, dikenal adanya dosa besar dan dosa kecil. Namun tidak didapati dalam Al-qur’an dan hadits tentang kesalahan apa saja yang dapat dikategorikan dosa besar dan dosa kecil. Hadits yang merupakan sumber hukum kedua setelah Al-qur’an, sebagaimana fungsi hadits diantaranya sebagai penjelas Al-qur’an, tidak menjelaskan semua itu. Justru yang terungkap hanya dosa-dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar.
      Kita sebagai manusia pastilah pernah melakukan kesalahan dan dosa, maka segeralah melakukan taubat, karena Allah SWT senantiasa bersedia memberi ampunan setiap waktu dan menerima taubat setiap saat. Untuk itu dalam makalah ini kami akan mencoba memaparkan apa saja hadits tentang dosa besar dan taubat serta sedikit penjelasan tentang itu
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dosa besar dan taubat?
2.    Apa saja hadits dosa besar dan taubat serta penjelasannya?
3.    Bagaimana cara bertaubat dari dosa besar?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Dosa Besar dan Taubat
a.       Dosa Besar
Kata dosa besar terdiri dari dua kata yaitu: dosa dan besar. Dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum tuhan atau agama.[1] Sedangkan besar adalah lebih dari ukuran sedang (tinggi, luas, lebar, banyak, hebat, kuasa, mulia, dsb.
Namun kata besar disini jika di hubungkan dengan kata dosa  maka dapat diartikan dosa yang mengenai perkara yang besar (berat). Jadi dosa besar adalah perbuatan yang melanggar hukum tuhan atau agama yang berkaitan dengan perkara yang besar (berat).[2]
b.      Taubat
Kata taubat yang sudah menjadi kosakata dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa arab. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), kata “taubat” memiliki dua pengertian. Pertama, taubat berarti sadar dan menyasali dosanya (perbuatan salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Kedua, kata taubat berarti kembali kepada agama (jalan) yang benar. Maka, bertaubat dapat diartikan sebagai menyadari, menyesali, memperbaiki (perbuatan yang salah) dan kembali kepada jalan yang benar.
Dalam bahasa arab, kata Taubat menurut bahasa berasal dari kata (Tâba- Yatûbu-Taubatan) yang artinya kembali. Secara istilah taubat  berarti kembali kepada jalan yang benar dengan melepaskan segala ikatan penyimpangan yang pernah dilakukan, kemudian bertekad untuk melaksanakan semua hak-hak allah swt. Hakikat taubat yaitu menyesal terhadap apa yang telah terjadi, meninggalkan perbuatan tersebut saat ini juga, dan ber-azam yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut dimasa yang akan datang.[3]



B.     Apa Saja Hadits Dosa Besar dan Taubat serta Penjelasannya

a.    Hadits Anas tentang menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan, dan saksi palsu
عَنْ أَنَسٍ رَضِي اللَّه عَنْه قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكَبَائِرِ قَالَ الاشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ (أخرجه البخاري في كتاب الشهادات)
Artinya :
“Dari Anas bin Malik r.a. berkata, ketika Nabi ditanya tentang dosa-dosa besar lalu beliau  menjawab: Syirik (mempersekutukan Allah), durhaka terhadap kedua ayah-bunda, membunuh jiwa manusia dan saksi palsu ”(HR.Muslim).
     Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan, dan saksi palsu :
1.       Adapun dosa yang paling besar adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu. Dosa tersebut yaitu menyamakan sesuatu dengan Allah. Misalnya menyembah kepada batu-batu pohon-pohon, matahari, bulan atau yang lainnya.[4]
2.       Durhaka terhadap kedua orang tua adalah dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT, sehingga adzabnya disegerakan Allah di dunia ini. Hal itu mengingat betapa istimewanya kedudukan orang tua dalam ajaran islam.[5]
3.        Membunuh tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat maka Allah tidak mau menerima taubatnya. Oleh sebab itu, apabila berkelahi dua orang mukmin, yang membunuh dan yang terbunuh keduanya di neraka sebab orang-orang mukmin itu bersaudara seharusnya membina cinta kasih dan persaudaraan.[6]
4.       Kesaksian palsu dalam hadist ini adalah dosa yang besar. Allah akan menempatkannya di neraka, namun demikian hal ini berlaku jika dia tidak bertobat, jika dia bertobat dan dia menyesali dirinya, Allah menerima taubatnya.[7]


b.   Hadits Abu Hurairah tentang tujuh macam dosa besar   
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّه عَنْه عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قـــَالَ اجْتَنِبُوا الســَّبْعَ الْمُوبِقَــاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ   وَمـَا هُنَّ قَالَ الشّـِرْكُ بِاللَّهِ وَالسّـِحْرُ وَقَتـْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَق وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاتِ  (أخرجه البخاري في كتاب الوصايا)
Artinya :                                                                                                                                 
“Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda: “ jauhilah oleh kalian tujuh hal yang membinasakan!” Para sahabat bertanya: “ Wahai Rasulullah, apakah tujuh hal yang membinasakan itu?” Beliau bersabda: “ Menyekutukan Allah, sihir, membunh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali karena hak, makan riba, makan harta anak yatim, melarikan diri sewaktu jihad dan menuduh zina wanita-wanita mukmin yang senantiasa memelihara dirinya.”(HR.Bukhari)

Dalam penjelasan hadis di atas, pada dasarnya adalah seruan kepada agar menjauhi tujuh dosa yang membinasakan. Tujuh dosa ini bukan berarti pembatasan (hanya tujuh perkara) atas dosa-dosa yang membinasakan. Tetapi hal ini sebagai peringatan atas dosa-dosa yang lainnya. Dari penjelasan hadist diatas ada 7 macam dosa besar yang beberap pada pembahsan sebelumnya telah di bahasa yaitu syirik dan membunuh jiwa. Berikut ini penejalasannya :
Tujuh macam dosa besar.
a.       Menyekutukan Allah, merupakan perbuatan yang paling dibenci dan dimurkai oleh Allah S.W.T.
Macam- macam syirik yaitu:[8]
1)    Ramal , meramal bertentangan dengan tauhid, karena dalam meramal ada perbuatan menisbatkan Allah S.W.T. kepada makhlukNya, yang menyebabkan kepada keyakinan bahwa makhluk yang lemah itu mempunyai pengaruh dalam takdir dan nasib.
2)    Bersumpah kepada selain Allah S.W.T., berarti mengagungkan dan berpaling dari Allah. Itu berarti memusuhi Allah dan mengurangi kesempurnaan dan keagungan Allah.
3)    Ruqyah adalah jampi-jampi yang denganya digunakan oleh orang sakit, seperti sakit panas, ayan dan penyakit lainnya. Tetapi menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani dalam buku putih Syeikh Abdul Qadir Jaelani, boleh melakukan jampi-jampi, jika yang digunakan untuk menjampi itu adalah ayat al-Qur’an.
4)    Jimat
b.      Sihir : menciptakan suatu ilusi yang seolah-olah nyata, tapi sebenarnya tidak nyata.[9]
c.       Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali karena hak.
d.       Makan riba: Riba menurut bahasa adalah tambahan, secara umum diartikan sebagai utang-piutang atau pinjam meminjam atau barang yang disertai dengan tambahan bunga.
e.       Makan harta anak yatim: orang yang makan harta anak yatim dengan cara kejam maka sebenarnya ia memasukkan api ke dalam perutnya dan api keluar dari mulutnya.
f.       Melarikan diri sewaktu jihad: orang yang melarikan diri pada waktu perang akan mendapat kemurkaan dari Allah dan tempatnya adalah neraka jahanam.
g.      Menuduh zina wanita-wanita mukmin yang senantiasa memelihara dirinya: orang yang menuduh zina terhadap wanita baik-baik, yang wanita itu tidak melakukan perzinaan, maka orang yang menuduh itu akan mendapat kutukan, baik di dunia maupun di akhirat.[10]

c.         Hadits Abi Bardah tentang Beristighfar 100 Kali Sehari
عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ رَجُلٍ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ أَوْ أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ مَرَّةٍ (رواه احمد في مسند الكوفيين)
Artinya :
“Dari Abi Burdah dari seorang laki-laki dari sebagian sahabat Muhajirin beliau mengatakan kami telah mendengar Nabi Muhammad bersabda: “ Wahai ingatlah manusia, bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah dan mohonlah pengampunan kami sekalian kepada-Nya, maka sesungguhnya kami bertaubat kepada Allah dan kami mohon pengampunan kepada-Nya pada tiap hari 100 kali atau lebih.”(HR.Ahmad)

Kita sebagai manusia tidak luput dari kesalahan ataupun kekhilafan dari itu hendaklah kita berinstropeksi diri setiap hari dan meminta ampun kepada Allah atas segala kesalahan kita. Dengan beristighfar dan memohon ampun kepada Allah atas dosa kita minimal 100 kali dalm sehari.[11]

d.      Hadits Abu Hurairah tentang  Allah  gembira terhadap hamba-­Nya yang  bertaubat
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِي وَاللَّهِ لَلَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتَهُ بِالْفَلاةِ وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِذَا أَقْبَلَ إِلَيَّ يَمْشِي أَقْبَلْتُ إِلَيْهِ أُهَرْوِلُ (اخرجه مسلم في كتاب التوبة)
Artinya :
“Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:     “ Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: “ Aku menurut dugaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika ia ingat kepadaKu. Demi Allah, sungguh Allah lebih suka kepada taubat hamba-Nya dari pada salah seorang di antaramu yang menemukan barangnya yang hilang di padang. Barang siapa yang mendekatkan diri kepadaku sejengkal maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta. Dan barang siapa yang mendekatkan diri kepadaKu sehasta, maka Aku mendekatkan diri kepadanya satu depa. Apabila ia datang kepadaKu berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari kecil”.(HR.Muslim)                     
 
Taubat berakar dari akar taba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu, ,  kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya , kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang di ridhoi-Nya, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya, dan kembali taat setelah menentang-Nya dan bertekat untuk tidak mengulanginya lagi.[12]

Syarat taubat agar diterima disisi Allah, adalah :
a)      Menyesali atas pelanggaran yang dilakukan
b)      Melepas dan meninggalkan semua kesalahan dalam segala hal dan kesempatan.
c)      Bertekad untuk tidak mengulangi lagi kemaksiatan dan kesalahan yang telah dilakukan.[13]

Terdapat sebuah hadits yang memperkuat menunjukkan luasnya ampunan Allah.

حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً »

Artinya :
Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.”

Dari hadits tersebut sudah jelas bahwa begitu besar kasih sayang yang di berikan Allah pada umatnya, meskipun dosa yang di buat umatnya sangatlah besar tapi Allah selalu mengampuni dosa-dosa umatnya selagi tidak dalam keadaan musyrik. Mengetahui bahwa kasih sayang Allah tiada yang bisa menandingi, kita sebagai umatnya hanya bisa memohon ampun atas dosa-dosa yang sudah pernah diperbuat, baik itu dosa yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.

e.         Hadits Abdullah Ibn Umar tentang taubat yang terlambat
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَـلَّ لَيَقْبـَلُ تَوْبَةَ الْعَبـْدِ مَـا لَـمْ يُغـَرْغـِرْ (أخرجه ابن ماجه في كتاب الزهد)
Artinya :
“Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama (ruh) belum sampai di tenggorokan.”(HR.Ibnu Majah)

Tidak ada istilah terlambat untuk kembali kepada jalan kebenaran, kecuali kalau nyawa sudah berada ditenggorokkan atau matahari sudah terbit dari barat, pintu taubat memang sudah tertutup. Maksudnya Allah tetap menerima taubat seorang hamba-Nya selama nyawanya belum sampai di tenggorokkan. Oleh sebab itu, bersegeralah bertaubat sebelum maut datang menjemput yang entah kapan.[14]

C. Cara taubat
Ada pun cara mencapai pengampunan kepada Allah SWT, yaitu dengan melakukan ibadah salat lima waktu. Selain itu, dengan selalu melakukan perbuatan baik, karena perbuatan baik dapat menghilangkan perbuatan jahat. Hal tersebut juga tercantum di dalam surat Hud ayat 11:114
ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ÇnûtsÛ Í$pk¨]9$# $Zÿs9ãur z`ÏiB È@øŠ©9$# 4 ¨bÎ) ÏM»uZ|¡ptø:$# tû÷ùÏdõムÏN$t«ÍhŠ¡¡9$# 4 y7Ï9ºsŒ 3tø.ÏŒ šúï̍Ï.º©%#Ï9 ÇÊÊÍÈ
114.  Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Namun demikian, beberapa Ulama memiliki pandangan lain bahwa taubat hanya dilakukan untuk dosa besar. sehingga membutuhkan pertaubatan yang khusus. Dalam surat An-Nisa 4: 31 dijelaskan,
bÎ) (#qç6Ï^tFøgrB tÍ¬!$t6Ÿ2 $tB tböqpk÷]è? çm÷Ytã öÏeÿs3çR öNä3Ytã öNä3Ï?$t«Íhy Nà6ù=ÅzôçRur WxyzôB $VJƒÌx. ÇÌÊÈ
31.  Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).
Allah SWT akan mengampuni segala dosa kita melalui kesulitan yang diberikan oleh Allah SWT dan kita telah mengahadapinya dengan sabar dan iklas semata atas mencari pahala Allah SWT. Di luar itu semua bahwasanya rahmat dari Allah SWT Yang Maha Penyayang akan mengampuni pada hari itu segala dosa yang Dia inginkan, selama orang tersebut mematuhi perintah-Nya serta menyembah-Nya.[15] (Sumber: On Islam)






[1] Tim penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Depdiknas Hlm. 382
[2] Tim penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Depdiknas Hlm. 208
[3] Tim penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Depdiknas Hlm. 1390
[4] Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman Az-Dzahabi, Dosa-dosa Besar, ( Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), hlm. 5.
[5] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2007), hlm. 157.  
[6] Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi Ad-Damsyiqi, Asbabul Wurud, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 12.
[7] Tengku Muhammad Hasbi  Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadist-hadist Hukum, ( Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2011), hlm. 626.
[8] Said bin musfir Al-Qahtani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, (Jakarta: Darul Falah, 2003), hlm.110-117
[9] Fatihudin Abdul Yasid, Golongan Dosa-dosa Besar, ( Surabaya: Terbit Terang, 2002), hlm. 20.
[10] Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman Az-Dzahabi, Dosa-dosa Besar, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), hlm. 155.
[11] Musthofa Syaikh Ibrahim Haqiqi, Tak Ada Kata Terlambat untuk Bertobat, ( Solo: Abyan, 2007), hlm. 39.
[12] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2007), hlm. 60
[13] Said bin musfir Al-Qahtani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, (Jakarta: Darul Falah, 2003), hlm.486-487
[14] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 2007), hlm. 59-61.

[15] Kusumaningtyas, Leonina, Macam-macam Cara Bertaubat kepada Allah SWT, http://www.aktual.com/macam-macam-cara-bertaubat-kepada-allah-swt/. 08/12/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar