MAKALAH
DOSA-DOSA BESAR DAN TAUBAT
Makalah
Disusun
Guna Memenuhi Tugas : Hadits
Dosen
Pengampu :
Disusun
Oleh :
Devi
Eka Nurdiana (1403086001)
Ikmal Maulasany (1403086003)
Ulfa Auliya (1403086004)
Fikri
alfian (1403026072)
Ulwiyatun
Linahtadya (1403026074)
FAKULTAS sains
DAN teknologi
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
dalam ajaran islam, dikenal adanya dosa besar dan dosa kecil. Namun tidak
didapati dalam Al-qur’an dan hadits tentang kesalahan apa saja yang dapat
dikategorikan dosa besar dan dosa kecil. Hadits yang merupakan sumber hukum
kedua setelah Al-qur’an, sebagaimana fungsi hadits diantaranya sebagai penjelas
Al-qur’an, tidak menjelaskan semua itu. Justru yang terungkap hanya dosa-dosa
yang paling besar diantara dosa-dosa besar.
Kita
sebagai manusia pastilah pernah melakukan kesalahan dan dosa, maka segeralah melakukan taubat, karena Allah SWT senantiasa bersedia memberi ampunan setiap
waktu dan menerima taubat setiap saat. Untuk itu dalam makalah ini kami akan
mencoba memaparkan apa saja hadits tentang dosa besar dan taubat serta sedikit
penjelasan tentang itu
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dosa besar
dan taubat?
2.
Apa saja hadits dosa besar
dan taubat serta penjelasannya?
3.
Bagaimana cara bertaubat
dari dosa besar?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dosa Besar dan
Taubat
a.
Dosa Besar
Kata dosa besar terdiri
dari dua kata yaitu: dosa dan besar. Dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum
tuhan atau agama.[1]
Sedangkan besar adalah lebih dari ukuran sedang (tinggi, luas, lebar, banyak,
hebat, kuasa, mulia, dsb.
Namun kata besar disini
jika di hubungkan dengan kata dosa maka dapat diartikan dosa yang
mengenai perkara yang besar (berat). Jadi dosa besar adalah perbuatan yang
melanggar hukum tuhan atau agama yang berkaitan dengan perkara yang besar
(berat).[2]
b.
Taubat
Kata taubat yang sudah
menjadi kosakata dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa arab. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia (KBI), kata “taubat” memiliki dua pengertian. Pertama,
taubat berarti sadar dan menyasali dosanya (perbuatan salah atau jahat) dan
berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Kedua, kata
taubat berarti kembali kepada agama (jalan) yang benar. Maka, bertaubat dapat
diartikan sebagai menyadari, menyesali, memperbaiki (perbuatan yang salah) dan
kembali kepada jalan yang benar.
Dalam bahasa arab, kata
Taubat menurut bahasa berasal dari kata (Tâba- Yatûbu-Taubatan) yang
artinya kembali. Secara istilah taubat berarti kembali kepada
jalan yang benar dengan melepaskan segala ikatan penyimpangan yang pernah
dilakukan, kemudian bertekad untuk melaksanakan semua hak-hak allah swt.
Hakikat taubat yaitu menyesal terhadap apa yang telah terjadi, meninggalkan
perbuatan tersebut saat ini juga, dan ber-azam yang kuat untuk tidak mengulangi
perbuatan tersebut dimasa yang akan datang.[3]
B.
Apa Saja Hadits Dosa Besar
dan Taubat serta Penjelasannya
a.
Hadits Anas tentang
menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh tanpa alasan yang
dibenarkan, dan saksi palsu
عَنْ
أَنَسٍ رَضِي اللَّه عَنْه قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنِ الْكَبَائِرِ قَالَ الاشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ
وَقَتْلُ النَّفْسِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ (أخرجه البخاري في كتاب الشهادات)
Artinya :
“Dari Anas bin Malik r.a. berkata, ketika Nabi ditanya tentang dosa-dosa
besar lalu beliau menjawab: Syirik (mempersekutukan Allah), durhaka
terhadap kedua ayah-bunda, membunuh jiwa manusia dan saksi palsu ”(HR.Muslim).
Menyekutukan
Allah, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan,
dan saksi palsu :
1. Adapun dosa yang paling besar adalah
menyekutukan Allah dengan sesuatu. Dosa tersebut yaitu menyamakan sesuatu
dengan Allah. Misalnya menyembah kepada batu-batu pohon-pohon, matahari, bulan
atau yang lainnya.[4]
2. Durhaka terhadap
kedua orang tua adalah dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT, sehingga
adzabnya disegerakan Allah di dunia ini. Hal itu mengingat betapa istimewanya
kedudukan orang tua dalam ajaran islam.[5]
3. Membunuh tanpa alasan yang dibenarkan
oleh syariat maka Allah tidak mau menerima taubatnya. Oleh sebab itu, apabila
berkelahi dua orang mukmin, yang membunuh dan yang terbunuh keduanya di neraka
sebab orang-orang mukmin itu bersaudara seharusnya membina cinta kasih dan
persaudaraan.[6]
4. Kesaksian palsu dalam hadist ini adalah
dosa yang besar. Allah akan menempatkannya di neraka, namun demikian hal ini
berlaku jika dia tidak bertobat, jika dia bertobat dan dia menyesali dirinya,
Allah menerima taubatnya.[7]
b.
Hadits Abu Hurairah tentang tujuh macam dosa
besar
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّه عَنْه عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قـــَالَ اجْتَنِبُوا الســَّبْعَ الْمُوبِقَــاتِ قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَمـَا هُنَّ قَالَ
الشّـِرْكُ بِاللَّهِ وَالسّـِحْرُ وَقَتـْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ
إِلا بِالْحَق وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ
الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاتِ (أخرجه البخاري في كتاب
الوصايا)
Artinya :
“Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW
bersabda: “ jauhilah oleh kalian tujuh hal yang membinasakan!” Para sahabat
bertanya: “ Wahai Rasulullah, apakah tujuh hal yang membinasakan itu?” Beliau
bersabda: “ Menyekutukan Allah, sihir, membunh jiwa yang diharamkan oleh Allah
kecuali karena hak, makan riba, makan harta anak yatim, melarikan diri sewaktu
jihad dan menuduh zina wanita-wanita mukmin yang senantiasa memelihara
dirinya.”(HR.Bukhari)
Dalam penjelasan hadis
di atas, pada dasarnya adalah seruan kepada agar menjauhi tujuh dosa yang
membinasakan. Tujuh dosa ini bukan berarti pembatasan (hanya tujuh perkara)
atas dosa-dosa yang membinasakan. Tetapi hal ini sebagai peringatan atas
dosa-dosa yang lainnya. Dari penjelasan hadist diatas ada 7 macam dosa besar
yang beberap pada pembahsan sebelumnya telah di bahasa yaitu syirik dan
membunuh jiwa. Berikut ini penejalasannya :
Tujuh
macam dosa besar.
a.
Menyekutukan
Allah, merupakan perbuatan yang paling dibenci dan dimurkai oleh Allah S.W.T.
Macam-
macam syirik yaitu:[8]
1)
Ramal , meramal bertentangan dengan tauhid, karena dalam meramal ada
perbuatan menisbatkan Allah S.W.T. kepada makhlukNya, yang menyebabkan kepada
keyakinan bahwa makhluk yang lemah itu mempunyai pengaruh dalam takdir dan
nasib.
2)
Bersumpah
kepada selain Allah S.W.T., berarti mengagungkan dan berpaling dari Allah. Itu berarti
memusuhi Allah dan mengurangi kesempurnaan dan keagungan Allah.
3)
Ruqyah
adalah jampi-jampi yang denganya digunakan oleh orang sakit, seperti sakit
panas, ayan dan penyakit lainnya. Tetapi menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani
dalam buku putih Syeikh Abdul Qadir Jaelani, boleh melakukan jampi-jampi,
jika yang digunakan untuk menjampi itu adalah ayat al-Qur’an.
4)
Jimat
c. Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah
kecuali karena hak.
d. Makan riba: Riba menurut bahasa adalah tambahan, secara umum diartikan
sebagai utang-piutang atau pinjam meminjam atau barang yang disertai dengan
tambahan bunga.
e. Makan harta anak yatim: orang yang makan
harta anak yatim dengan cara kejam maka sebenarnya ia memasukkan api ke dalam
perutnya dan api keluar dari mulutnya.
f. Melarikan diri sewaktu jihad: orang yang
melarikan diri pada waktu perang akan mendapat kemurkaan dari Allah dan
tempatnya adalah neraka jahanam.
g.
Menuduh zina wanita-wanita mukmin yang senantiasa memelihara dirinya: orang
yang menuduh zina terhadap wanita baik-baik, yang wanita itu tidak melakukan
perzinaan, maka orang yang menuduh itu akan mendapat kutukan, baik di dunia
maupun di akhirat.[10]
c.
Hadits Abi Bardah tentang Beristighfar
100 Kali Sehari
عَنْ
أَبِي بُرْدَةَ عَنْ رَجُلٍ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى
اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي
كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ أَوْ أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ مَرَّةٍ (رواه احمد في مسند الكوفيين)
Artinya :
“Dari Abi Burdah
dari seorang laki-laki dari sebagian sahabat Muhajirin beliau mengatakan kami
telah mendengar Nabi Muhammad bersabda: “ Wahai ingatlah manusia, bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah dan mohonlah pengampunan kami sekalian kepada-Nya,
maka sesungguhnya kami bertaubat kepada Allah dan kami mohon pengampunan
kepada-Nya pada tiap hari 100 kali atau lebih.”(HR.Ahmad)
Kita sebagai manusia
tidak luput dari kesalahan ataupun kekhilafan dari itu hendaklah kita
berinstropeksi diri setiap hari dan meminta ampun kepada Allah atas segala
kesalahan kita. Dengan
beristighfar dan memohon ampun kepada Allah atas dosa kita minimal 100 kali
dalm sehari.[11]
d.
Hadits Abu Hurairah tentang Allah
gembira terhadap hamba-Nya yang
bertaubat
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِي
وَاللَّهِ لَلَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ
ضَالَّتَهُ بِالْفَلاةِ وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ
ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِذَا
أَقْبَلَ إِلَيَّ يَمْشِي أَقْبَلْتُ إِلَيْهِ أُهَرْوِلُ (اخرجه
مسلم في كتاب التوبة)
Artinya :
“Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
beliau bersabda: “ Allah Yang Maha Mulia dan Maha
Besar berfirman: “ Aku menurut dugaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya
ketika ia ingat kepadaKu. Demi
Allah, sungguh Allah lebih suka kepada taubat hamba-Nya dari pada salah seorang
di antaramu yang menemukan barangnya yang hilang di padang. Barang siapa yang
mendekatkan diri kepadaku sejengkal maka Aku mendekatkan diri kepadanya
sehasta. Dan barang siapa yang mendekatkan diri kepadaKu sehasta, maka Aku
mendekatkan diri kepadanya satu depa. Apabila ia datang kepadaKu berjalan maka
Aku datang kepadanya dengan berlari kecil”.(HR.Muslim)
Taubat
berakar dari akar taba yang berarti kembali. Orang yang
bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu,
, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya , kembali dari
segala yang dibenci Allah menuju yang di ridhoi-Nya, kembali kepada Allah
setelah meninggalkan-Nya, dan kembali taat setelah menentang-Nya dan bertekat
untuk tidak mengulanginya lagi.[12]
Syarat
taubat agar diterima disisi Allah, adalah :
a) Menyesali atas pelanggaran yang
dilakukan
b) Melepas dan meninggalkan semua kesalahan
dalam segala hal dan kesempatan.
Terdapat sebuah
hadits yang memperkuat
menunjukkan luasnya ampunan Allah.
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ يَا ابْنَ
آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ
وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ
اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ
أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى
شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً »
Artinya :
Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ”Wahai anak Adam, sesungguhnya
jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu
tanpa Aku pedulikan. Wahai
anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku
ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh
bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan
mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.”
Dari hadits tersebut sudah jelas bahwa begitu besar kasih
sayang yang di berikan Allah pada umatnya, meskipun dosa yang di buat umatnya
sangatlah besar tapi Allah selalu mengampuni dosa-dosa umatnya selagi tidak
dalam keadaan musyrik. Mengetahui bahwa kasih sayang Allah tiada yang bisa
menandingi, kita sebagai umatnya hanya bisa memohon ampun atas dosa-dosa yang
sudah pernah diperbuat, baik itu dosa yang disengaja maupun yang tidak di
sengaja.
e.
Hadits Abdullah Ibn Umar tentang taubat yang
terlambat
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ
وَجَـلَّ لَيَقْبـَلُ تَوْبَةَ الْعَبـْدِ مَـا لَـمْ يُغـَرْغـِرْ (أخرجه ابن
ماجه في كتاب الزهد)
Artinya :
“Dari Abdullah bin
Umar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Sesungguhnya Allah
menerima taubat seorang hamba selama (ruh) belum sampai di
tenggorokan.”(HR.Ibnu Majah)
Tidak ada istilah
terlambat untuk kembali kepada jalan kebenaran, kecuali kalau nyawa sudah
berada ditenggorokkan atau matahari sudah terbit dari barat, pintu taubat
memang sudah tertutup. Maksudnya
Allah tetap menerima taubat seorang hamba-Nya selama nyawanya belum sampai di
tenggorokkan. Oleh sebab itu, bersegeralah bertaubat sebelum maut datang menjemput
yang entah kapan.[14]
Ada pun cara mencapai pengampunan kepada Allah
SWT, yaitu dengan melakukan ibadah salat lima waktu. Selain itu, dengan selalu
melakukan perbuatan baik, karena perbuatan baik dapat menghilangkan perbuatan
jahat. Hal tersebut juga tercantum di dalam surat Hud ayat 11:114
ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ÇnûtsÛ
Í$pk¨]9$# $Zÿs9ãur
z`ÏiB
È@ø©9$# 4 ¨bÎ) ÏM»uZ|¡ptø:$# tû÷ùÏdõã ÏN$t«Íh¡¡9$#
4
y7Ï9ºs 3tø.Ï úïÌÏ.º©%#Ï9 ÇÊÊÍÈ
114. Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi
siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Namun demikian, beberapa Ulama memiliki pandangan
lain bahwa taubat hanya dilakukan untuk dosa besar. sehingga membutuhkan
pertaubatan yang khusus. Dalam surat An-Nisa 4: 31 dijelaskan,
bÎ) (#qç6Ï^tFøgrB tͬ!$t62 $tB tböqpk÷]è? çm÷Ytã öÏeÿs3çR
öNä3Ytã öNä3Ï?$t«Íhy Nà6ù=ÅzôçRur
WxyzôB $VJÌx.
ÇÌÊÈ
31. Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara
dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus
kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat
yang mulia (surga).
Allah SWT akan mengampuni segala dosa kita
melalui kesulitan yang diberikan oleh Allah SWT dan kita telah mengahadapinya
dengan sabar dan iklas semata atas mencari pahala Allah SWT. Di luar itu semua
bahwasanya rahmat dari Allah SWT Yang Maha Penyayang akan mengampuni pada hari
itu segala dosa yang Dia inginkan, selama orang tersebut mematuhi perintah-Nya
serta menyembah-Nya.[15] (Sumber:
On Islam)
[1] Tim penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa
Depdiknas Hlm. 382
[2] Tim penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa
Depdiknas Hlm. 208
[3] Tim penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa
Depdiknas Hlm. 1390
[4] Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman
Az-Dzahabi, Dosa-dosa Besar, (
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), hlm. 5.
[5] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam,
2007), hlm. 157.
[6] Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi Ad-Damsyiqi, Asbabul Wurud,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 12.
[7] Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadist-hadist Hukum, ( Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,
2011), hlm. 626.
[8] Said bin musfir Al-Qahtani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, (Jakarta:
Darul Falah, 2003), hlm.110-117
[10] Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usman
Az-Dzahabi, Dosa-dosa Besar,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), hlm. 155.
[11] Musthofa Syaikh Ibrahim Haqiqi, Tak Ada Kata Terlambat untuk
Bertobat, (
Solo: Abyan, 2007), hlm. 39.
[12] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam,
2007), hlm. 60
[13] Said bin musfir Al-Qahtani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, (Jakarta:
Darul Falah, 2003), hlm.486-487
[14] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam,
2007), hlm. 59-61.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar