ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH (Oryza
Sativa) PADA SISTEM
TANAM JAJAR LEGOWO
(Studi Kasus di Desa Merak Kecamatan Dempet
Kabupaten Demak)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Qosim Nur Syekha
134010208
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prioritas
utama pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan bagi seluruh penduduk
yang terus meningkat. Bila dikaitkan dengan keterjaminan pangan ini menyiratkan
pula perlunya pertumbuhan ekonomi disertai oleh pemerataan penduduk sehingga
daya beli masyarakat meningkat dan distribusi pangan lebih merata. Permintaan
komoditas pangan tarus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk
serta perkembangan industri dan pakan. Disisi lain upaya untuk meningkatkan
pendapatan petani terus dilakukan agar mereka dapat bergairah dalam
meningkatkan produksi usaha taninya (Arianda, 2010).
|
Produksi padi perlu ditingkatkan untuk
memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Produksi padi
di Indonesia hampir setiap tahun meningkat, pada tahun 2013 produksi padi
sebesar 71.280 juta ton gabah kering giling atau meningkat sebesar 3,21 persen
dibanding 2012 yang jumlah produksinya sebesar 69.065 juta ton gabah kering
giling. Tetapi pada tahun 2014 produksi padi hanya 70.846 juta ton gabah kering giling atau turun
sebesar 0,61 persen dari tahun 2013. Tahun 2015 produksi padi 75.398 juta ton
gabah kering giling atau terjadi kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan tahun
2014 sebesar 6,42 persen dan merupakan kenaikan produksi padi terbesar dari
tahun 2012-2015 (BPS, 2016).
Sebagian
besar padi yang ditanam Indonesia adalah padi sawah. Berdasarkan tipe luapan
air, padi sawah dapat dibudidayakan pada lahan bertipe luapan air A, B, dan C
yang telah menjadi sawah tadah hujan. Lahan yang bertipe luapan air A adalah
lahan yang selalu terluapi air, baik pada pasang besar maupun kecil. Tipe B
hanya terluapi air pada saat pasang besar saja. Sedangkan lahan tipe C lahan
tidak terluapi air pasang tapi air tanah dangkal (Balitbang, 1997).
Kegiatan
dalam bercocok tanam padi secara umum meliputi pembibitan persiapan lahan,
pemindahan bibit atau tanam, pemupukan, pemeliharaan dan panen. Dewasa ini
telah diperkenalkan berbagai teknologi budidaya padi, antara lain budidaya sistem
tanam benih langsung (tabela), sistem tanam tanpa olah tanah (TOT), maupun
sistem tanam jajar legowo. Pengenalan dan penggunaan sistem tanam tersebut
disamping untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal juga ditunjukkan
untuk meningkatkan hasil dan pendapatan petani (Balitbang, 2013)
Sistem
legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman
yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada
barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan didalam barisan, pada
awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan
hama dan pathogen penyakit. Pada baris kosong diantara unit legowo, dapat
dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas,
menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan
kecil. Namun kemudian pola tanam ini berkembang untuk memberikan hasil yang
lebih tinggi
akibat dari peningkatan populasi dan optimalisasi ruang tumbuh bagi tanaman
(Bobihoe, 2013).
Sistem
jajar legowo pada arah barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang
lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini
mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik
untuk pertanaman. Selain itu, upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat
dilakukan dengan mudah (Haryono, 2014).
Peningkatan
populasi menggunakan sistem tanam jajar legowo berbeda-beda tergantung pada
tipe jajar legowo yang digunakan. Cara tanam legowo untuk padi sawah secara umum
bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1),
(6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian, tipe terbaik untuk mendapatkan
produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapatkan bulir
gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1 (Bobihoe, 2013). Sistem tanam jajar
legowo dan jumlah populasi padi dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Tipe sistem tanam tegel
dan jajar legowo
Sistem
Tanam
|
Populasi/Ha
|
Jajar Legowo 2:1
|
213.000
|
Jajar Legowo 3:1
|
200.000
|
Jajar Legowo 4:1
|
192.000
|
Jajar Legowo 5:1
|
186.560
|
Jajar Legowo 6:1
|
182.864
|
Sumber: Balitbang, 2013
Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten yang manjadi penyangga
pangan nasional. Produksi padi sawah menurut wilayah Kabupaten, Provinsi Jawa
Tengah dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Produksi Padi Sawah Wilayah Kabupaten
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2015
Produksi Padi Sawah (Ton)
|
|||||
No
|
Kabupaten
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
1
|
Cilacap
|
733.890
|
741.049
|
672.375
|
861.967
|
2
|
Grobogan
|
608.750
|
608.750
|
554.587
|
786.040
|
3
|
Demak
|
565.665
|
585.580
|
554.587
|
632.751
|
4
|
Pati
|
565.818
|
576.909
|
484.466
|
631.899
|
5
|
Sragen
|
563.062
|
577.796
|
565.257
|
611.710
|
6
|
Brebes
|
528.360
|
606.202
|
561.612
|
576.686
|
7
|
Kebumen
|
459.146
|
401.460
|
406.976
|
486.969
|
8
|
Pemalang
|
354.605
|
485.058
|
414.377
|
435.305
|
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah 2015
Pada Tabel 1.2 menunjukkan
bahwa produksi padi di Kabupaten Demak menempati urutan ketiga setelah Cilacap
dan Grobogan. Tahun 2012 Kabupaten Demak mampu memproduksi padi sebanyak 565.665 ton, mengalami kenaikan pada tahun
2013 sebesar 19.915 ton, tapi tahun 2014 terjadi penurunan produksi sebesar
30.993 ton. Tahun 2015 produksi padi sawah mengalami kenaikan yang tinggi
sebesar 78.164.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi padi dengan dua pendekatan
yaitu pendekatan intensifikasi dan ekstensifikasi. Pendekatan intensifikasi
dilakukan dengan meningkatkan penggunaan benih unggul serta memilih varietas
padi yang cocok dengan iklim dan lahan di wilayah Kabupaten
Demak. Sedangkan pendekatan ekstensifikasi ditempuh dengan mengarahkan
para petani untuk patuh pada pola tanam padi-padi-polowijo, serta memanfaatkan
lahan tidur sebagai langkah pengadaan perluasan area tanam (Demak, 2014).
Kecamatan Dempet Kabupaten Demak merupakan kecamatan yang terletak disebelah
tenggara Kabupaten Demak. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dan
Sekitar 75% sistem tanam padi yang digunakan oleh masyarakat adalah jajar
legowo, karena dapat menghasilkan produksi yang lebih banyak dibanding sistem
tanam biasa. Produksi padi sawah menurut wilayah Desa, Kecamatan Dempet dapat
dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3Produksi padi sawah menurut wilayah Desa,
Kecamatan Dempet Tahun 2012-2014
Produksi
Padi Sawah (Ton)
|
||||
No
|
Desa
|
2012
|
2013
|
2014
|
1
|
Merak
|
6.038
|
6.059
|
6.043
|
2
|
Karangrejo
|
3772
|
3.747
|
3.807
|
3
|
Botosengon
|
1130
|
1.132
|
1.097
|
4
|
Jerukgulung
|
3470
|
3.476
|
3.466
|
5
|
Kunir
|
6024
|
5.997
|
5.978
|
Sumber:
BPK Dempet 2016
Berdasarkan
Tabel 1.3 Desa Merak Kecamatan Dempet merupakan desa pengasil produksi padi
terbesar di Kecamatan Dempet sehingga peneliti memilih Desa Merak menjadi
tempat penelitian.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Berapakah tingkat penerimaan dan pendapatan usaha
budidaya padi sawah dengan sistem jajar legowo di Desa Merak Kecamatan Dempet
Kabupaten Dempet?
2. Apakah budidaya padi sawah dengan sistem jajar legowo layak
diusahakan di Desa Merak Kecamatan
Dempet Kabupaten Dempet ditinjau dari R/C dan BEP?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian maka dirumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat penerimaan dan pendapatan usaha
budidaya padi sawah pada sistem tanam jajar legowo di Desa Merak Kecamatan
Dempet Kabupaten Dempet.
2. Mengetahui kelayakan usaha budidaya padi sawah pada
sistem tanam jajar legowo di Desa Merak Kecamatan Dempet Kabupaten Dempet
ditinjau dari R/C dan BEP.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat
digunakan oleh mahasiswa, petani, dan penentu kebijakan. Adapaun manfaat
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat menyelesaikan
studi strata 1 guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas Wahid Hasyim Semarang serta diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai analisis usaha budidaya padi sawah pada sistem
tanam jajar legowo.
2. Bagi petani padi dengan sistem tanam jajar legowo,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
melaksanakan usaha budidaya padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo dalam
rangka peningkatan pendapatan dan produksi.
3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan kegiatan usaha padi sawah pada
sistem tanam jajar legowo dan sebagai bahan informasi serta pengetahuan tentang
pengembangan usaha budidaya padi sawah pada sistem tanam jajar legowo.
4. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumbangan pemikiran ataupun bahan pertimbangan di dalam melaksanakan
kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup khususnya bagi petani
padi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar