Senin, 06 Maret 2017

BAB II ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH (Oryza Sativa) PADA SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO (Studi Kasus di Desa Merak Kecamatan Dempet Kabupaten Demak)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Klasifikasi Tanaman Padi dan Morfologi Tanaman Padi
Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk tanaman yang berjenis rumput-rumputan. Menurut Bagus (2011) tanaman padi diklasifikasikan sebagai berikut:
Devisi              : Spermatophyta
Subdevisi        : Angiospermae
Kelas               : Monotyledonae
Keluarga          : Gramineae
Genus              : Oryza
Spesies            : Oryza Sativa L.
Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif (malai, buah, dan bunga). Menurut  Herawati (2012) bagian vegetatif tanaman padi meliputi:
1.    Akar
Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, kemudian terus diangkut kebagian atas tanaman. Akar tanaman padi dapat dibedakan lagi menjadi:
a)    Radikula; akar yang tumbuh saat benih berkecambah. Pada benih yang sedang berkecambah tibul calon akar dan batang. Calon akar mengalami pertumbuhan kebawah sehingga terbentuk akar tunggang.
b)  
8
 
Akar Serabut (akar adventif); setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang, akar serabut akan tumbuh.
c)    Akar rambut; merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut. Akar rambut berumur pendek sedangkan bentuk dan panjangnya sama dengan akar serabut.
d)   Akar tajuk (crown roots); merupakan akar yang tumbuh dari ruas batang terendah.
2.    Batang
Tanaman padi mempunyai batang beruas-ruas, panjang batang bergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek dari jenis lokal, sedangkan jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih panjang lagi, yaitu antara 2-6 meter. Ruas batang padi berongga dan bulat. Antara ruas batang padi terdapat buku, pada tiap-tiap buku duduk sehelai daun. Batang baru akan muncul pada ketiak daun, semula berupa kuncup kemudian mengalami pertumbuhan, yang akhirnya menjadi batang baru. Batang baru dapat disebut batang sekunder, apabila batang terletak pada buku terbawah.
3.    Daun
Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal ini yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian-bagian daun padi yaitu:
a)    Helaian daun; terletak pada batang padi dan selalu ada, bentuknya memanjang seperti pita, dan panjang dan lebar helaian daun tergantung varietas padi yang bersangkutan.
b)   Pelepah daun; merupakan bagian daun yang menyelubungi batang, berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya lunak
c)    Lidah daun; terletak pada perbatasan antara helai daun dan pelepah. Berfungsi untuk mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun.
Menurut Bagus (2011) fase generatif  tanaman padi merupakan fase pertumbuhan dimana tanaman menimbun karbohidrat untuk hidup meliputi:
1.    Malai
Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer. Dari buku pangkal malai umumnya hanya muncul satu cabang primer dan dari cabang primer tersebut muncul lagi cabang-cabang sekunder, kepadatan malai adalah perbandingan antara jumlah bunga tiap malai dengan panjang malai.
2.    Bunga
Bunga berkelamin dua dan memiliki 6 buah benang sari dengan tangkai sari pendek dan dua kandung serbuk di kepala sari. Bunga padi juga mempunya dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna putih atau ungu. Sekam mahkota ada dua yang bawah disebut lemma, yang atas disebut palea.



3.    Buah padi
Buah padi terdiri dari bagian luar yang disebut sekam dan bagian dalam yang disebut karyopsis. Sekam terdiri dari lemma dan palea biji yang sering disebut beras pecah kulit adalah karyopsis yang terdiri dari lembaga (embrio) endosperm.
2.2    Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi
            Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi  menurut  Makarim (2012) sebagai berikut:
1.    Fase vegetatif 
Merupakan fase pertumbuhan yang dimulai dari benih berkecambah sampai dengan terbentuknya anakan secara maksimal. Fase ini mencakup benih berkecambah sampai muncul ke permukaan, pertunasan atau bibit, pembentukan anakan yang terjadi setelah, dan pemanjangan batang. Lama fase vegetatif 0-60 hari
2.    Fase reproduktif
Merupakan fase pembentukan organ reproduktif atau perkembangbiakan. Fase ini mencakup pembentukan malai sampai bunting, keluarnya bunga atau malai, dan pembungaan. Lama fase reproduktif 60-90 hari.
3.    Fase pematangan
Merupakan fase akhir dari siklus hidup tanaman padi. Fase ini mencakup gabah matang susu, gabah setengah matang dan gabah matang penuh. Lama fase pematangan 90-120 hari.

2.3    Syarat Tumbuh
Menurut Rahayu (2013) syarat tumbuh tanaman padi sawah dibagi menjadi dua yaitu:
1.    Iklim
Padi dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, tumbuh didaerah tropis dan subtropis pada 45o LU dan 45o LS dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Pada musim kemarau produksi meningkat apabila irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. Didataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 mdpl dengan temperatur 22-27oC, sedangkan di dataran tinggi 650-1500 mdpl dengan temperatur 19-23oC.
2.    Tanah
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm. Kemasaman tanah antara pH 4-7. Pada padi sawah yang digenangi air akan mengubah pH tanah menjadi netral 7. Pada prinsipnya, tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi, tetapi akan mengurangi hasil produksi. Tanah sawah yang mempunyai presentase fraksi pasir dalam jumlah besar kurang baik untuk tanaman padi sebab tekstur ini mudah meloloskan air. Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur, terutama untuk tanaman padi yang memerlukan tanah subur, dengan kandungan ketiga fraksi dalam perbandingan tertentu.
2.4    Teknik Penerapan Budidaya Padi Sawah Jajar Legowo
Teknik penerapan budidaya padi sawah jajar legowo sebagai berikut:
1.    Penyiapan lahan
Waktu pengolahan lahan sebaiknya dilakukan munimal 4 minggu sebelum penanaman dengan pembajakan, garu dan peralatan tanah. Sebelum diolah, tanah terlebih dahulu digenangi air sekitar 7 hari. Pada tanah ringan, pengolahan tanah cukup dengan satu kali bajak dan dua kali garu. Tapi pada tanah berat dilakukan dua kali bajak dan dua kali garu (Herawati, 2012).
2.    Penyiapan benih
Benih yang akan digunakan disarankan bersertifikat atau berlabel biru. Penebaran benih dilakukan merata diatas bedengan, dan dibiarkan sedikit sekam sisa penggilingan padi atau jerami diatas benih yang sudah disebar (Herawati, 2012).
3.    Pembuatan baris tanam
Persiapan alat garis tanam dengan ukuran jarak tanam yang dikehendaki. Bahan untuk alat garis tanam bisa digunakan kayu atau bahan lain yang tersedia serta biaya yang terjangkau. Lahan sawah yang siap ditanami 1-2 hari sebelumnya dilakukan pembuangan air sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Ratakan dan datarkan sebaik mungkin. Selanjutnya dilakukan pembuatan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik alat garis tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya serta dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahaan (Bakorluh, 2012).
4.    Tanam
Penanaman bibit muda (umur 10-15 hari setelah sebar benih) memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak (Bobihoe, 2007). Perlubang tanam di isi  1-3 bibit  pada perpotongan garis yang sudah terbentuk. Cara laju tanam sebaiknya maju agar perpotongan garis untuk lubang tanam bisa terlihat dengan jelas dan populasi tanaman yang ditanam dapat terpenuhi. Pada alur kiri dan alur kanan dari setiap barisan legowo, populasi tanaman ditambah dengan menyisipkan tanaman diantara dua lubang tanam yang tersedia (Bakorluh, 2012).
5.    Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara tabur. Pupuk ditabur kekiri dan kekanan dengan merata dan saat pemupukan berada pada barisan kosong diantara 2 barisan legowo. Sehingga satu kali jalan dapat melakukan pemupukan 2 barisan legowo (Bakorluh, 2012).
6.    Penyiangan
Penyiangan bisa dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat alat siang seperti landak/gasrok. Jika penyiangan dilakukan dengan alat siang, cukup dilakukan ke satu arah sejajar legowo. Sisa gulma yang tidak tersiang ditengah barisan legowo bisa dilakukan dengan tangan (Bakorluh, 2012).
7.    Pengendalian hama dan pathogen penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot atau handsprayer. Penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan merata. Sehingga satu kali jalan dapat melakukan penyemprotan 2 barisan legowo (Bakorluh, 2012).
8.    Panen
Padi siap panen sekitar 30-40 hari setelah berbunga merata, jika terlambat dipanen akan mengakibatkan banyak biji yang tercecer atau busuk sehingga mengurangi hasil. Panen dilakukan bila mencapai 80% butir gabah sudah menguning dan tangkai buah sudah merunduk dengan kadar air gabah sekitar 23-25%. Panen dilakukan dengan memotong batang menggunakan sabit, lalu padi ditumpuk di suatu tempat yang kering untuk mencegah kerusakan akibat terendam (Herawati, 2012).
2.5    Analisis Usaha
Analisis usahatani data yang perlu diketahui yaitu data tentang biaya uahatani, penerimaan usahatani, dan pendapatan usahatani.
1.    Biaya usahatani
Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usaha tani. Biaya usaha tani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (Soekartawi, 2002).
TC = FC + VC
Keterangan:
TC = Total biaya
FC = Biaya tetap
VC = Biaya tidak tetap (Soekartawi, 2002).
2.    Penerimaan usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
TR = Y . Py
Keterangan:
TR  = Total penerimaan
Y    = Produksi yang diperoleh dalam usaha tani
Py   = Harga produk (Soekartawi, 2002).
3.    Pendapatan usahatani
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Pd = TR – TC
Keterangan:
Pd   = Pendapatan usahatani
TR  = Total penerimaan
TC  = Total biaya (Soekartawi, 2002).
2.6    Kelayakan Usahatani
Analisis kelayakan usahatani bermacam-macam, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Secara umum, sebelum melakukan analisis, data yang dipakai perlu dikelompokan terlebih dahulu. Analisis parsial adalah analisis yang dilakukan pada satu cabang usahatani (Soekartawi, 2002).
1.    Analisis R/C
R/C adalah singkatan Return Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan biaya. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut:
R/C =
Keterangan:
R/C = revenue cost ratio
TR  = total penerimaan (Rp)
TC  = total biaya (Rp)
Jika diperoleh:
Nilai R/C > 1, maka usaha tersebut layak
Nilai R/C > 1, maka usaha tersebut tidak layak
Nilai R/C = 1, maka usaha balik modal atau impas (Soekartawi, 2002).
2.    BEP (Break Even Point)
Menurut Ibrahim (2009), Break Even Point adalah titik dimana total penerimaan sama dengan total biaya. Maka untuk menganalisis BEP dapat digunakan dua rumus yaitu BEP dalam unit dan BEP dalam rupiah.
BEP unit =


Keterangan:
a = biaya tetap
p = harga jual per unit
b = biaya variabel per unit
BEP rupiah =
Keterangan:
a = biaya tetap
p = harga jual per unit
b = biaya variabel per unit
Kriteria:
BEP dikatakan layak apabila titik impas lebih kecil (<) dari penjualan.
BEP dikatakan tidak layak apabila titik impas lebih kecil (>) dari penjualan (Ibrahim, 2009).
2.7    Penelitian Terdahulu
Menurut Pratama (2014) dalam penilitian yang berjudul Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Desa Sidondo 1 Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Rata-rata pendapatan petani padi sawah untuk satu kali musim tanam di Desa Sidondo 1 Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi sebesar Rp. 6.635.012,-/Ha. Nilai R/C Ratio usahatani padi sawah di peroleh sebesar 1,67. Dengan demikian, usaha tani padi sawah di Desa Sidondo 1 layak untuk diusahakan, sebab nilai R/C >1.
Menurut Hasanah (2014), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis perbandingan pendapatan usahatani padi sistem tanam jajar legowo dengan sistem tegel Kelurahan Situmekar Kota Sukabumi. Rata-rata pendapatan atas biaya total musim pertama petani sistem jajar legowo Rp. 10.595.067,- . sedangkan pendapatan atas biaya total musim pertama petani sistem tegel Rp. 7.890.113,-. R/C rasio atas biaya total pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo adalah 2,28 sedangkan pada usahatani padi sistem tegel sebesar 1,8 pada musim pertama. sehingga usaha tani padi sistem tanam jajar legowo dengan sistem tegel Kelurahan Situmekar Kota Sukabumi layak untuk diusahakan sebab nilai R/C Ratio > 1.
Menurut Rauf dkk (2013) dalam penilitian yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam Legowo di Kecamatan Dungalio Kabupaten Gorontalo. Rata-rata pendapatan usaha tani yang menerapkan sistem tanam legowo 4:1 sebesar Rp. 21.668.684,-/Ha dan pendapatan usaha tani yang menerapkan sistem tanam legowo 2:1 sebesar 21.703.201,-/Ha. R/C Ratio yang diperoleh untuk usaha tani padi sawah pada sistem legowo 4:1 yaitu 2,16 dan perhitungan R/C Ratio yang diperoleh untuk usaha tani padi sawah pada sistem legowo 2:1 yaitu 2,36 sehingga usaha tani padi sawah pada sistem tanam legowo di Kecamatan Dungalio Kabupaten Gorontalo layak untuk diusahakan sebab nilai R/C Ratio > 1.


2.8     Hipotesis
Penelitian ini didasarkan pada hipotesis sebagai berikut:
1.    Diduga tingkat penerimaan dan pendapatan usaha budidaya padi sawah dengan sistem jajar legowo lebih besar dari biaya yang dikeluarkan
2.    Diduga usaha budidaya padi sawah dengan sistem jajar legowo ditinjau dari R/C dan BEP layak untuk diusahakan.
2.9     Asumsi
Penelitian ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:
1.    Faktor-faktor seperti iklim, cuaca, ketinggian tempat, keadaan tanah, dan topografi diasumsikan sama di daerah penelitian.
2.    Teknik budidaya padi sawah dengan sistem jajar legowo diasumsikan sama daerah penelitian.
3.    Teknologi yang ada didaerah penelitian dianggap sama.
4.    Upah tenaga kerja akan berbeda-beda tergantung pencurahan tenaga kerjanya.
2.10 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini akan digunakan definisi dan pengukuran variabel sebagai berikut:
1.    Usahatani budidaya budidaya padi sawah pada sistem tanam jajar legowo merupakan kegiatan yang mengusahakan dari penanaman sampai panen. Dalam penelitian ini usaha budidaya padi sawah pada sistem tanam jajar legowo merupakan usaha yang memerlukan komponen biaya tetap dari biaya penyususutan (alat semprot, cangkul, dan sabit) dan biaya variabel yang terdiri dari pembelian benih, biaya pupuk, biaya traktor, dan biaya tenaga kerja.
2.    Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah jumlah produksinya (Rp/musim tanam). Komponenen biaya tetap seperti biaya penyusutan. Dalam penilitian penyusutan merupakan peralatan dan perlengkapan produksi selama satu siklus produksi.
3.    Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah sesuai proporsi aktivitas (Rp/musim tanam).
4.    Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk memeperoleh sutau produk (Rp/Kg).
5.    Penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Rp) .
6.    Pendapatan adalah selisish antara total penerimaan dengan biaya produksi secara nyata (Rp).
7.    Kelayakan usaha merupakan suatu kegiatan usaha untuk menilai sejauh mana manfaat yang didapat diperoleh dalam melaksanakan kegiatan usaha.
8.    R/C adalah perbandingan total penerimaan dangan total biaya, untuk mengetahui usaha layak atau didak untuk dijalankan.
9.    Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak endapat untung maupun rugi atau impas (penghasilan=total biaya).

2.11 Kerangka Pemikiran
Dalam usaha budidaya budidaya padi sawah pada sistem tanam jajar legowo petani membutuhkan biaya, meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah pada sistem tanam jajar legowo yang tidak berubah-ubah dalam periode tertentu yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada jumlah produksi, seperti biaya penyusutan alat semprot, cangkul dan sabit. Biaya variabel  merupakan biaya yang dikeluarkan petani padi sawah pada sistem tanam jajar legowo yang berubah-ubah disebabkan adanya hasil produksi, tetapi secara total biaya tersebut jumlahnya akan berubah sesuai dengan proporsi perubahan aktivitas, seperti pembelian benih, biaya pupuk, biaya traktor, dan biaya tenaga kerja.
Penerimaan merupakan hasil kali antara  jumlah produksi padi sawah pada sistem tanam jajar legowo dengan harga padi sawah pada sistem tanam jajar legowo. Sedangkan pendapatan merupakan selisih antara seluruh penerimaan dan seluruh pengeluaran pada usahatani padi sawah pada sistem tanam jajar legowo.

Analisis kelayakan usahatani merupakan usaha untuk menilai sejauh mana manfaat yang diperoleh dalam kegiatan usaha serta mengetahui seberapa besar kelayakan usaha padi sawah  pada sistem tanam jajar legowo. Analisis kelayakan usaha ditinjau dari dari R/C dengan kriteria jika usaha dikatakan layak maka R/C > 1 artinya usaha tersebut layak untuk diusahakan dan jika R/C < 1 artinya usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Ditinjau dari segi BEP dengan kriteria juka suatu usaha dinyatakan layak apabila titik impas (<) dari hasil penjualan hasil padi sawah pada sistem tanam jajar legowo, sedangkan dari segi BEP dengan kriteria tidak layak apabila titik impas lebih besar (>) dari hasil penjualan padi sawah pada sistem tanam jajar legowo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar