BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Sejarah
Penyebaran Kacang Panjang
Masyarakat
dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas. Plasma nutfah tanaman
kacang panjang berasal dari India dan Cina (Lingga, 2010). Adapun yang menduga
berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah kacang uci (Vigna umbellata)
diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya India, sedangkan plasma nutfah
kacang tunggak (Vigna unguiculata) merupakan asli dari Afrika. Oleh
karena itu, tanaman kacang panjang tipe merambat berasal dari daerah tropis dan
Afrika, terutama Abbisinia dan Ethiopia. Perkembangan paling pesat di negara
beriklim panas tropis seperti Indonesia. Sentra
penanaman kacang panjang di Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa terutama Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, DI Aceh, Sumatra Utara,
Lampung dan Bengkulu (Ashari, 1995).
2.2 Taksonomi Dan Morfologi Kacang
Panjang
Menurut Anto (2013) tanaman
jagung dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dimasukkan
dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Devisi
: Spermatophyita
Kelas : Angiospermae
Sub
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna Sinensis(L.)Savi ex
Hassk
Vigna Sinensis ssp. Sesquipedalis
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m.
Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan
licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm,
tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai
silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini
terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12
cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih
keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih,
kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1
cm, dan berwarna ungu. Buah tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau, dan
panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya
tunggang berwarna coklat muda (Gultom, 2012).
Tanaman
kacang panjang mempunyai sebutan lain seperti kacang lanjaran (Jawa), kacang
taurus (Pasundan), taukok (Cina), sithao (Filipina), kacang belut (Malaysia).
Tanaman ini mudah tumbuh dengan baik di berbagai jenis lahan, baik lahan sawah,
tegalan bahkan pekarangan rumah. Kacang panjang merupakan tanaman semusim yang
berbentuk perdu, bersifat memanjat dengan membelit. Daunnya bersusun tiga-tiga
helai, sedangkan bunga kacang panjang seperti kupu-kupu berwarna biru muda,
polongnya berwarna hijau berbentuk gilig dengan panjang 10-80 cm. Kacang
panjang bersifat dwiguna artinya sebagai sayuran polong dan sebagai penyubur
tanah karena pada akar-akarnya terdapat bintil-bintil bakteri Rhizobium.
Bakteri tersebut berfungsi mengikat nitrogen bebas. Maka dari itu kacang
panjang banyak ditanam oleh petani di pematang sawah baik monokultur maupun
sebagai tanaman sela (Anto, 2013).
2.1
Jenis – Jenis Kacang
Panjang
Menurut Gultom
(2012) terdapat dua golongan
kacang panjang yang mempunyai perbedaan mencolok yaitu:
1.
Kacang Panjang Tipe Merambat
(Lanjaran)
Golongan kacang panjang (Vigna sinensis (L). Savi ex Hassk)
terdiri dari dua tipe yaitu:
a.
Kacang lanjaran biasa (Vigna
sinensis var. Sesquipedalis (Stickin) Savi ex Hassk), batangnya panjang
sekali dan membelit. Panjang polongnya mencapai 40 cm dan warnanya saat masih
muda hijau tetapi setelah itu menjadi putih. Biji polongnya ada yang berwarna
kuning, coklat, hitam, putih, dan kuning ke merah- merahan. Besar bijinya
antara 5-6 mm x 8-9 mm.
b.
Kacang usus, panjang
batangnya seperti pada kacang lanjaran biasa, hanya polongnya sangat panjang
hingga mencapai lebih dari 80 cm. Saat masih muda polongnya berwarna ke putih-putihan
setelah tua menjadi putih ke kuning-kuningan. Biji polongnya bulat panjang,
kadang sedikit melengkung, dan warnanya putih atau blorok (putih bernoda
merah). Besar bijinya antara 5-6 mm x 8-9 mm.
2.
Kacang Panjang Tipe Tegak
(Tidak Merambat)
Kacang panjang yang tidak membelit tidak membutuhkan
lanjaran karena buahnya terkumpul dibawah dekat tanah. Jenis kacang panjang
tanpa lanjaran ini merupakan bastar (hibrida). Kacang panjang ini dicirikan
dengan daunnya yang berbulu halus dan polongnya halus lemas karena tidak begitu
berserat.
Golongan kacang panjang tidak merambat terdiri dari tiga
tipe yaitu:
a.
Kacang tolo/kacang
tunggak/kacang dadap/kacang sapu (V. Unguiculata (L) Walp), berbatang
tidak begitu panjang dan tidak membelit. Oleh karena itu tanaman ini tidak
pernah diberi lanjaran. Polong kacang polo pendek, panjangnya berkisar sekitar
10 cm, berwarna hijau, kaku, serta tidak mudah dipatahkan. Polong yang kering
berwarna kuning, keras, dan mudah pecah. Daunnyapun kaku dan agak kasar. Biji
kacang ini bulat panjang, agak pipih dan ujungnya agak jorong. Bijinya berwarna
kuning coklat dan besarnya antara 4-6 mm x 7-8 mm.
b.
Kacang uci/kacang ondel (V.
Umbellata (Thumb) Ohwi dan Ohashi) disebut kacang beras karena digunakan
sebagai campuran nasi atau lepet, kacang ini sebetulnya tidak termasuk suku Vigna
sp., tetapi termasuk jenis Phaseolus Clcalatus Roxb. Kacang uci
bersifat setengah membelit, tetapi tidak pernah diberi lanjaran. Biji kacang
ini kecil sekali, berbentuk bulat panjang, ada yang berwarna merah, hijau, dan
hitam. Besar bijinya antara 1,5-2 mm x 5-6 mm. Daun kacang ini agak kasar dan
kaku seperti kacang dadap hinnga tidak pernag di sayur.
c.
Kacang busito/kacang
hibrida/kacang harapan(V. Sinensis ssp. Hybridus L.) kacang busito mirip
kacang lanjaran biasa, hanya batangnya pendek dan sedikit membelit, dengan
polong kacang busito pendek antara 25-35 cm.
Menurut Susilo dan Diennazola
(2012) syarat pertumbuhan
tanaman kacang panjang dibagi menjadi dua yaitu:
1.
Keadaan Iklim
Unsur-unsur iklim yang
perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman antara lain ketinggian tempat,
sinar matahari, dan curah hujan. Kacang panjang dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik di dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian 0-1500 m
dari permukaan laut, tetapi yang paling baik di dataran rendah pada ketinggian
yang kurang dari 600 m dari permukaan laut.
Penanaman di dataran
tinggi umur panen relatif lama, tingkat produksi maupun produktivitasnya lebih
rendah bila dibanding dengan dataran rendah. Ketinggian tempat berkaitan dengan
suhu, yang merupakan faktor penting bagi tanaman. Suhu idealnya antara dengan suhu optimum
2.
Keadaan Tanah
Hampir semua jenis tanah
cocok untuk budidaya tanaman kacang panjang, namun yang paling baik adalah
tanah latosol atau lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, dan drainasenya baik. Uuntuk pertumbuhan yang maksimum diperlukan derajat
keasaman (pH) tanah antara 5,5-6,5. Bila pH dibawah 5,5 dapat menyebabkan
tanaman tumbuh kerdil karena teracuni garam Alumunium (Al) yang larut dalam
tanah. Dan jika pH terlalu basa diatas 6,5 menyebabkan pecahnya nodula-nodula
akar.
2.5
Tata Laksana Budidaya
Kacang Panjang
1.
Penyiapan Benih
Menurut Anto (2013) salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan
usaha tani kacang panjang adalah mutu benih. Benih bersertifikat dapat
diperoleh di toko pertanian, selain itu benih juga dapat diperoleh dari polong
kacang panjang yang sudah masak pohon dengan ciri-ciri polongnya kering dipohon
serta berasal dari tanaman yang sehat dan berproduksi banyak. Karakteristik
benih yang bermutu tinggi adalah sebagai berikut:
a.
Daya tumbuh tinggi lebih dari 80%.
b.
Tidak tercampur dengan varietas lain atau dapat dikatakan tingkat
kemurniannya tinggi, yakni antara 98%-100%.
c.
Memiliki kecepatan tumbuh (Vigor) yang baik.
d.
Biji berwarna mengkilat, tidak keriput, bernas dan bebas dari gigitan
serangga.
e.
Tidak tercampur dengan kotoran, gulma atau biji tanaman lain.
2.
Penyiapan Lahan
Menurut Susilo dan Diennazola
(2012) penyiapan lahan bisa dilakukan dengan beberapa tahap
diantaranya:
a. Persiapan
Pemilihan lahan dengan tipe tanah lempung hingga lempung
berpasir, gembur, subur, dan mengandung banyak bahan organik. Lokasi tanam
sebaiknya berada di ketinggian 100-800 meter diatas permukaan laut.
b. Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari
tanaman sebelumnya. Bila perlu, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar dan
abunya dikembalikan kedalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan
pengolahan tanah dengan bajak.
c. Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan dengan tinggi 15-20 cm, lebar
sekitar 80-100 cm, dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak untuk tiap bedengan
adalah 30 cm.
d. Pengapuran
Didaerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur.
Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan setiap 2-3
tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada
barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300
kg/ha per musim tanam dengan cara disebar
pada barisan tanaman.
e. Pengairan
Pembuatan sistem pengairan menggunakan penggenangan selokan
(leb) untuk melembabkan tanah sebelum proses penanaman. Untuk menghindari
genangan air saat musim hujan, pastikan drainase terjaga dengan baik dan
membuat bedengan lebih tinggi dari sebelumnya.
f. Pemupukan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan
hara yang cukup, maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan
tanaman sangat tergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap.
Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea= 200-300 kg/ha, Tsp= 75-100 kg/ha, KCl=
50-100 kg/ha.
1. Penanaman
Menurut Ronoprawiro
(1993) penanaman kacang panjang
yang baik sebagai berikut:
a. Proses penanaman kacang panjang dilakukan pada pagi atau sore hari
untuk menghindari stres akibat tingginya suhu lingkungan. Benih kacang panjang
dapat langsung ditanam tanpa disemaikan terlebih dahulu.
b. Benih direndam dalam air hangat selama 1-2 jam untuk memecah dormansi
benih dan mengurangi penyakit terbawa benih.
c. Pembuatan lubang tanam dengan cara menugal menggunakan batang kayu
berdiameter 6-10 cm. Jarak tanam yang digunakan yaitu 60-75 cm untuk antar baris
dan 25-30 cm untuk dalam baris.
d. Tanam masing-masing dua benih perlubang tanam. Tutup lubang tanam yang
sudah berisi benih dengan tanah setebal 1-2 cm.
e. Menjaga kelembaban tanah agar benih dapat berkecambah dengan baik.
2. Pemeliharaan Tanaman
Menurut Anto
(2013) ada beberapa
cara pemeliharaan tanaman dengan baik antara lain:
a. Penyulaman
Untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati, dilakukan
penyulaman. Kegiatan penyulaman selambat-lambatnya dilakukan 1 minggu setelah
penanaman.
b. Penyiraman
Meskipun tanaman kacang panjang dapat tumbuh dengan baik dilahan
kering, tetapi kebutuhan airnya harus dipenuhi agar pertumbuhannya tidak
terlambat. Setelah benih di tanam maka sore harinya dilakukan penyiraman.
Selanjutnya penyiraman rutin bisa dilakukan dengan menggunakan gembor atau mengalirkan
air melalui saluran di sekitar bedengan. Penyiraman dilakukan secukupnya saja
smpai tanah cukup lembab.
c. Pemasangan Ajir
Setelah tanaman mulai tumbuh dan tinggi mencapai 25 cm, dapat dipasang
ajir disebelah tanaman. Ajir atau lanjaran dibuat dari belahan bambu atau
menggunakan kayu dengan panjang sekitar 2 meter. Pemasangan ajir dimaksudkan
sebagai tempat merambatnya tanaman. Pemasangan ajir dilakukan 10 hari setelah
tanam yaitu diantara dua lubang tanam. Setiap lima lanjaran dipasang silang lanjaran.
Kemudian diberi tali unruk merambatan tanaman. Pemasangan tali yang mengikat
tanaman dengan lanjaran dilakukan dua kali, yaitu pada saat tinngi tanaman 70
cm dan 150 cm.
d. Penyiangan
Pengendalian gulma dilakukan dengan melakukan penyiangan. Penyiangan
dapat dilakukan secara manual dengan mencari rumput yang tumbuh. Bersamaan
penyiangan bisa dilakukan pendangiran yang berfungsi untuk menggemburkan tanah.
Selain cara manual penyiangan juga dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida,
dengan dosisi 1-2 ml perliter air.
e. Pemangkasan
Apabila daun terlalu subur atau banyak cabang yang kurang produktif
harus dilakukan pemangkasan. Dengan tujuan agar tumbuhan generative dapat
berjalan dengan baik. Pemangkasan pada saat tanaman belum berbunga atau sekitar
umur 3-4 minggu dengan memotong pucuk sekitar 2-3 ruas menggunakan pisau tajam
atau gunting stek.
f. Pemupukan
Selain pupuk dasar tanaman membutuhkan pupuk anorganik untuk
pertumbuhannya. Pemberian pupuk anorganik dilkukan dua kali yaitu pada saat
umur satu minggu dan tiga minggu setelah tanam. Jenis pupuk yang dinerikan
adalah urea 100 kg/ha, Tsp 200 Kg/ha, dan KCl 100 kg/ha. Dosis pupuk dibagi dua
kali pemberian. Pupuk diberikan dalam larikan yang berada diantara dua sisi
barisan tanaman kemudian ditutup kembali dengan tanah. Selain itu dapat diberikan
pula pupuk daun. Dilakukan pada saat menjelang berbunga sekitar 4 minggu
setelah tanam.
g. Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman kacang panjang
adalah sebagai berikut:
1) Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)
Gejalanya terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang
daun, pertumbuhan tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna
kekuningan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendaliannya
dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan
penyemprotan dengan Pestona.
2) Kutu
daun (Aphis cracivora Koch)
Gejalanya
pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan
hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor
virus. Pengendaliannya dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili
kacang-kacangan dan penyemprotan Natural
Bvr.
3) Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Gejalanya daun berlubang dengan ukuran tidak pasti,
serangan berat di musim kemarau, juga menyerang polong. Pengendaliannya dengan
kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman serempak, Semprot Natural Vitura.
4) Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Gejalanya
biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendaliannya dengan
membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih
kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.
5) Ulat bunga (Maruca testualis)
Gejalanya
larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong. Pengendaliannya
dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman.
Disemprot dengan Pestona.
6) Penyakit Antraknose (Colletotricum lindemuthianum)
Gejalanya
serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam kanker
berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendaliannya dengan
rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural
Glio dan Poc
Nasa dan membuang rumput -rumput dari sekitar
tanaman.
7) Penyakit mozaik (virus Cowpea Aphid
Borne Virus/CAMV)
Gejalanyaa
pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang warnanya tidak beraturan.
Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun. Pengendaliannya menggunakan benih
sehat dan bebas virus, semprot vector kutu daun dan tanaman yang terserang
dicabut dan dibakar.
8) Penyakit sapu (virus Cowpea Witches-broom
Virus/ Cowpea Stunt Virus)
Gejalanya
pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat pendek,
tunas ketiak memendek dan membentuk “sapu”. Penyakit ditularkan kutu daun. Pengendaliannya
sama dengan pengendalian penyakit mosaik.
9) Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)
Gejalanya
tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan tanaman mati. Pengendaliannya
dengan rotasi tanaman, perbaikan drainase dan mencabut tanaman yang mati dan
gunakan Natural
Glio pada awal tanam.
1.5 Pemanenan
Menurut Susilo dan
Diennazola (2012) mengenai pemanenansebagai
berikut:
1. Panen pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3,4-4 bulan. Setelah
itu, panen dapat dilakukan apabila polong masih muda dan belum pernas, berwarna
hijau tua, dan berbentuk silindris.
2. Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik, yaitu dengan
memutar bagian pangkal polong hingga polong terlepas seluruhnya. Panen polong
muda jangan sampai terlambat karena akan menyebabkan polong berserat dan liat,
pemanenan sebaiknya dilakukan secara bertahap dengan selang waktu 3 hari, dan
panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
3. Pengumpulan hasil panen dilokasi yang teduh dan
terlindung dari sinar matahari langsung.
4. Lakukan sortasi dan pemisahan grade berdasarkan
kualitas kacang panjang. Dengan cara memisahkan kacang panjang grade A yang
memiliki polong muda, berbentuk normal dan sehat. Semenatara itu kacang panjang
grade B memilik polong tua, berbentuk abnormal, dan terserang hama penggerak
polong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar