Senin, 06 Maret 2017

BAB II TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna Sinensis L.) DI DESA BINAAN BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Sejarah Penyebaran  Kacang Panjang
Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas. Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina (Lingga, 2010). Adapun yang menduga berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah kacang uci (Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya India, sedangkan plasma nutfah kacang tunggak (Vigna unguiculata) merupakan asli dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang panjang tipe merambat berasal dari daerah tropis dan Afrika, terutama Abbisinia dan Ethiopia. Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti Indonesia. Sentra penanaman kacang panjang di Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, DI Aceh, Sumatra Utara, Lampung dan Bengkulu (Ashari, 1995).

2.2    Taksonomi Dan Morfologi Kacang Panjang
Menurut Anto (2013) tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kerajaan          : Plantae
     Devisi              : Spermatophyita
     Kelas               : Angiospermae
     Sub Kelas        : Dicotyledonae
     Ordo                : Rosales
     Famili              : Papilionaceae
     Genus              : Vigna
     Spesies            : Vigna Sinensis(L.)Savi ex Hassk

                               Vigna Sinensis ssp. Sesquipedalis
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Buah tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat muda (Gultom, 2012).
  Tanaman kacang panjang mempunyai sebutan lain seperti kacang lanjaran (Jawa), kacang taurus (Pasundan), taukok (Cina), sithao (Filipina), kacang belut (Malaysia). Tanaman ini mudah tumbuh dengan baik di berbagai jenis lahan, baik lahan sawah, tegalan bahkan pekarangan rumah. Kacang panjang merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu, bersifat memanjat dengan membelit. Daunnya bersusun tiga-tiga helai, sedangkan bunga kacang panjang seperti kupu-kupu berwarna biru muda, polongnya berwarna hijau berbentuk gilig dengan panjang 10-80 cm. Kacang panjang bersifat dwiguna artinya sebagai sayuran polong dan sebagai penyubur tanah karena pada akar-akarnya terdapat bintil-bintil bakteri Rhizobium. Bakteri tersebut berfungsi mengikat nitrogen bebas. Maka dari itu kacang panjang banyak ditanam oleh petani di pematang sawah baik monokultur maupun sebagai tanaman sela (Anto, 2013).


 2.1    Jenis – Jenis Kacang Panjang
Menurut Gultom (2012) terdapat dua golongan kacang panjang yang mempunyai perbedaan mencolok yaitu:
1.    Kacang Panjang Tipe Merambat (Lanjaran)
Golongan kacang panjang (Vigna sinensis (L). Savi ex Hassk) terdiri dari dua tipe yaitu:
a.       Kacang lanjaran biasa (Vigna sinensis var. Sesquipedalis (Stickin) Savi ex Hassk), batangnya panjang sekali dan membelit. Panjang polongnya mencapai 40 cm dan warnanya saat masih muda hijau tetapi setelah itu menjadi putih. Biji polongnya ada yang berwarna kuning, coklat, hitam, putih, dan kuning ke merah- merahan. Besar bijinya antara 5-6 mm x 8-9 mm.
b.      Kacang usus, panjang batangnya seperti pada kacang lanjaran biasa, hanya polongnya sangat panjang hingga mencapai lebih dari 80 cm. Saat masih muda polongnya berwarna ke putih-putihan setelah tua menjadi putih ke kuning-kuningan. Biji polongnya bulat panjang, kadang sedikit melengkung, dan warnanya putih atau blorok (putih bernoda merah). Besar bijinya antara 5-6 mm x 8-9 mm.
2.    Kacang Panjang Tipe Tegak (Tidak Merambat)
Kacang panjang yang tidak membelit tidak membutuhkan lanjaran karena buahnya terkumpul dibawah dekat tanah. Jenis kacang panjang tanpa lanjaran ini merupakan bastar (hibrida). Kacang panjang ini dicirikan dengan daunnya yang berbulu halus dan polongnya halus lemas karena tidak begitu berserat.




Golongan kacang panjang tidak merambat terdiri dari tiga tipe yaitu:
a.       Kacang tolo/kacang tunggak/kacang dadap/kacang sapu (V. Unguiculata (L) Walp), berbatang tidak begitu panjang dan tidak membelit. Oleh karena itu tanaman ini tidak pernah diberi lanjaran. Polong kacang polo pendek, panjangnya berkisar sekitar 10 cm, berwarna hijau, kaku, serta tidak mudah dipatahkan. Polong yang kering berwarna kuning, keras, dan mudah pecah. Daunnyapun kaku dan agak kasar. Biji kacang ini bulat panjang, agak pipih dan ujungnya agak jorong. Bijinya berwarna kuning coklat dan besarnya antara 4-6 mm x 7-8 mm.
b.      Kacang uci/kacang ondel (V. Umbellata (Thumb) Ohwi dan Ohashi) disebut kacang beras karena digunakan sebagai campuran nasi atau lepet, kacang ini sebetulnya tidak termasuk suku Vigna sp., tetapi termasuk jenis Phaseolus Clcalatus Roxb. Kacang uci bersifat setengah membelit, tetapi tidak pernah diberi lanjaran. Biji kacang ini kecil sekali, berbentuk bulat panjang, ada yang berwarna merah, hijau, dan hitam. Besar bijinya antara 1,5-2 mm x 5-6 mm. Daun kacang ini agak kasar dan kaku seperti kacang dadap hinnga tidak pernag di sayur.
c.       Kacang busito/kacang hibrida/kacang harapan(V. Sinensis ssp. Hybridus L.) kacang busito mirip kacang lanjaran biasa, hanya batangnya pendek dan sedikit membelit, dengan polong kacang busito pendek antara 25-35 cm.

 1.4    Syarat Pertumbuhan
     Menurut Susilo dan Diennazola  (2012) syarat pertumbuhan tanaman kacang panjang dibagi menjadi dua yaitu:
1.    Keadaan Iklim
Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman antara lain ketinggian tempat, sinar matahari, dan curah hujan. Kacang panjang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian 0-1500 m dari permukaan laut, tetapi yang paling baik di dataran rendah pada ketinggian yang kurang dari 600 m dari permukaan laut.
Penanaman di dataran tinggi umur panen relatif lama, tingkat produksi maupun produktivitasnya lebih rendah bila dibanding dengan dataran rendah. Ketinggian tempat berkaitan dengan suhu, yang merupakan faktor penting bagi tanaman. Suhu idealnya antara dengan suhu optimum
2.    Keadaan Tanah
Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya tanaman kacang panjang, namun yang paling baik adalah tanah latosol atau lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan drainasenya baik. Uuntuk pertumbuhan yang maksimum diperlukan derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5-6,5. Bila pH dibawah 5,5 dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil karena teracuni garam Alumunium (Al) yang larut dalam tanah. Dan jika pH terlalu basa diatas 6,5 menyebabkan pecahnya nodula-nodula akar.





2.5    Tata Laksana Budidaya Kacang Panjang
1.      Penyiapan Benih
Menurut Anto (2013) salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usaha tani kacang panjang adalah mutu benih. Benih bersertifikat dapat diperoleh di toko pertanian, selain itu benih juga dapat diperoleh dari polong kacang panjang yang sudah masak pohon dengan ciri-ciri polongnya kering dipohon serta berasal dari tanaman yang sehat dan berproduksi banyak. Karakteristik benih yang bermutu tinggi adalah sebagai berikut:
a.       Daya tumbuh tinggi lebih dari 80%.
b.      Tidak tercampur dengan varietas lain atau dapat dikatakan tingkat kemurniannya tinggi, yakni antara 98%-100%.
c.       Memiliki kecepatan tumbuh (Vigor) yang baik.
d.      Biji berwarna mengkilat, tidak keriput, bernas dan bebas dari gigitan serangga.
e.       Tidak tercampur dengan kotoran, gulma atau biji tanaman lain.
2.      Penyiapan Lahan
Menurut Susilo dan Diennazola  (2012) penyiapan lahan bisa dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya:
a.       Persiapan
Pemilihan lahan dengan tipe tanah lempung hingga lempung berpasir, gembur, subur, dan mengandung banyak bahan organik. Lokasi tanam sebaiknya berada di ketinggian 100-800 meter diatas permukaan laut.
b.      Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari tanaman sebelumnya. Bila perlu, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar dan abunya dikembalikan kedalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
c.       Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan dengan tinggi 15-20 cm, lebar sekitar 80-100 cm, dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak untuk tiap bedengan adalah 30 cm.
d.      Pengapuran
Didaerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan setiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan  cara disebar pada barisan tanaman.
e.       Pengairan
Pembuatan sistem pengairan menggunakan penggenangan selokan (leb) untuk melembabkan tanah sebelum proses penanaman. Untuk menghindari genangan air saat musim hujan, pastikan drainase terjaga dengan baik dan membuat bedengan lebih tinggi dari sebelumnya.
f.       Pemupukan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup, maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat tergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea= 200-300 kg/ha, Tsp= 75-100 kg/ha, KCl= 50-100 kg/ha.


 1.      Penanaman
Menurut Ronoprawiro (1993) penanaman kacang panjang yang baik sebagai berikut:
a.       Proses penanaman kacang panjang dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stres akibat tingginya suhu lingkungan. Benih kacang panjang dapat langsung ditanam tanpa disemaikan terlebih dahulu.
b.      Benih direndam dalam air hangat selama 1-2 jam untuk memecah dormansi benih dan mengurangi penyakit terbawa benih.
c.       Pembuatan lubang tanam dengan cara menugal menggunakan batang kayu berdiameter 6-10 cm. Jarak tanam yang digunakan yaitu 60-75 cm untuk antar baris dan 25-30 cm untuk dalam baris.
d.      Tanam masing-masing dua benih perlubang tanam. Tutup lubang tanam yang sudah berisi benih dengan tanah setebal 1-2 cm.
e.       Menjaga kelembaban tanah agar benih dapat berkecambah dengan baik.
2.      Pemeliharaan Tanaman
Menurut Anto (2013) ada beberapa cara pemeliharaan tanaman dengan baik antara lain:
a.       Penyulaman
Untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati, dilakukan penyulaman. Kegiatan penyulaman selambat-lambatnya dilakukan 1 minggu setelah penanaman.
b.      Penyiraman
Meskipun tanaman kacang panjang dapat tumbuh dengan baik dilahan kering, tetapi kebutuhan airnya harus dipenuhi agar pertumbuhannya tidak terlambat. Setelah benih di tanam maka sore harinya dilakukan penyiraman. Selanjutnya penyiraman rutin bisa dilakukan dengan menggunakan gembor atau mengalirkan air melalui saluran di sekitar bedengan. Penyiraman dilakukan secukupnya saja smpai tanah cukup lembab.
c.       Pemasangan Ajir
Setelah tanaman mulai tumbuh dan tinggi mencapai 25 cm, dapat dipasang ajir disebelah tanaman. Ajir atau lanjaran dibuat dari belahan bambu atau menggunakan kayu dengan panjang sekitar 2 meter. Pemasangan ajir dimaksudkan sebagai tempat merambatnya tanaman. Pemasangan ajir dilakukan 10 hari setelah tanam yaitu diantara dua lubang tanam. Setiap lima lanjaran dipasang silang lanjaran. Kemudian diberi tali unruk merambatan tanaman. Pemasangan tali yang mengikat tanaman dengan lanjaran dilakukan dua kali, yaitu pada saat tinngi tanaman 70 cm dan 150 cm.
d.      Penyiangan
Pengendalian gulma dilakukan dengan melakukan penyiangan. Penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan mencari rumput yang tumbuh. Bersamaan penyiangan bisa dilakukan pendangiran yang berfungsi untuk menggemburkan tanah. Selain cara manual penyiangan juga dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida, dengan dosisi 1-2 ml perliter air.
e.       Pemangkasan
Apabila daun terlalu subur atau banyak cabang yang kurang produktif harus dilakukan pemangkasan. Dengan tujuan agar tumbuhan generative dapat berjalan dengan baik. Pemangkasan pada saat tanaman belum berbunga atau sekitar umur 3-4 minggu dengan memotong pucuk sekitar 2-3 ruas menggunakan pisau tajam atau gunting stek.
f.       Pemupukan
Selain pupuk dasar tanaman membutuhkan pupuk anorganik untuk pertumbuhannya. Pemberian pupuk anorganik dilkukan dua kali yaitu pada saat umur satu minggu dan tiga minggu setelah tanam. Jenis pupuk yang dinerikan adalah urea 100 kg/ha, Tsp 200 Kg/ha, dan KCl 100 kg/ha. Dosis pupuk dibagi dua kali pemberian. Pupuk diberikan dalam larikan yang berada diantara dua sisi barisan tanaman kemudian ditutup kembali dengan tanah. Selain itu dapat diberikan pula pupuk daun. Dilakukan pada saat menjelang berbunga sekitar 4 minggu setelah tanam.
g.      Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman kacang panjang adalah sebagai berikut:
1)   Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)
Gejalanya terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendaliannya dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan penyemprotan dengan Pestona.
2)   Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Gejalanya pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus. Pengendaliannya dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan Natural Bvr.

3)   Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Gejalanya daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di musim kemarau, juga menyerang polong. Pengendaliannya dengan kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman serempak, Semprot Natural Vitura.
4)   Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Gejalanya biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendaliannya dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.
5)   Ulat bunga (Maruca testualis)
Gejalanya larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong. Pengendaliannya dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman. Disemprot dengan Pestona.
6)   Penyakit Antraknose (Colletotricum lindemuthianum)
Gejalanya serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendaliannya dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural Glio dan Poc Nasa dan membuang rumput -rumput dari sekitar tanaman.
7)   Penyakit mozaik (virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV)
Gejalanyaa pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun. Pengendaliannya menggunakan benih sehat dan bebas virus, semprot vector kutu daun dan tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.
8)   Penyakit sapu (virus Cowpea Witches-broom Virus/ Cowpea Stunt Virus)
Gejalanya pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk “sapu”. Penyakit ditularkan kutu daun. Pengendaliannya sama dengan pengendalian penyakit mosaik.
9)   Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)
Gejalanya tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan tanaman mati. Pengendaliannya dengan rotasi tanaman, perbaikan drainase dan mencabut tanaman yang mati dan gunakan Natural Glio pada awal tanam.
1.5    Pemanenan
Menurut Susilo dan Diennazola  (2012) mengenai pemanenansebagai berikut:
1.      Panen pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3,4-4 bulan. Setelah itu, panen dapat dilakukan apabila polong masih muda dan belum pernas, berwarna hijau tua, dan berbentuk silindris.
2.      Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik, yaitu dengan memutar bagian pangkal polong hingga polong terlepas seluruhnya. Panen polong muda jangan sampai terlambat karena akan menyebabkan polong berserat dan liat, pemanenan sebaiknya dilakukan secara bertahap dengan selang waktu 3 hari, dan panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
3.      Pengumpulan hasil panen dilokasi yang teduh dan terlindung dari sinar matahari langsung.


4.      Lakukan sortasi dan pemisahan grade berdasarkan kualitas kacang panjang. Dengan cara memisahkan kacang panjang grade A yang memiliki polong muda, berbentuk normal dan sehat. Semenatara itu kacang panjang grade B memilik polong tua, berbentuk abnormal, dan terserang hama penggerak polong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar