Kamis, 14 Desember 2017

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) BERBANTUAN APLIKASI PREZI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII

   EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) BERBANTUAN APLIKASI PREZI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR BERPIKIR KRITIS  SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII






Proposal Skripsi
Oleh:
Qosim Nur Syekha 1403056100





PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGO
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018








Latar Belakang

Dalam pembelajaran matematika diharapkan agar siswa mampu menguasai dan memahami teori, konsep, dan prinsip-prinsip penerapannya maka konsep menjadi dasar ilmu yang harus diberikan kepada siswa dengan baik dan benar. Mentransfer konsep melalui ceramah atau informasi belum tentu menghasilkan pemahanan yang jelas secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Siswa sebagai subjek didik harus aktif dalam proses pembalajaran. Siswa harus mempunyai motivasi, kreatif, dan kritis sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Siswa tidak hanya duduk mendengarkan ceramah guru kemudian mencatat apa yang tertera pada papan tulis, tapi siswa seharusnya berusaha untuk menemukan penyelesaian masalah dengan bimbingan dari guru. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran guru harus mempunyai kreativitas dalam menciptakan serta mengkombinasikan model pembelajaran, media, dan pendekatan agar tercipta suasana kelas menyenangkan dan menghapuskan suasana menyeramkan dalam kelas. Dengan kata lain guru harus merubah paradigma “Guru menjadi central dalam pembelajaran, guru sebagai sebagai pelayan siswa untuk memperoleh pengetahuan dalam pembelajaran”.   Dengan demikian pembelajaran berpusat pada siswa (stident centered) sahingga menghasilkan kebiasaan aktif dan komunikatif dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika di SMPN 10 Semarang, selama in hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika belum memuaskan, terlihat dari hasil nilai ulangan harian yang diperoleh dari sebagian besar siswa belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Menurut guru mata pelajaran matematika siswa masih cukup sulit untuk mengaitkan materi matematika dengan kehidupan nyata dan lebih senang menghafalkan rumus dibanding dengan memahami tentang konsep matematika.
  Oleh sebab itu, maka diperlukan  suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat, motivasi, dan keaktifan belajar siswa sehingga hasil belajar matematika dapat meningkat. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mampu mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan bantuan aplikasi Prezi.
Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensisial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2004:109).  PBI adalah Belajar berdasarkan masalah interaksi antara stimulus dengan respons, hubungan dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah masalah yang dihadapi dapat diselidiki dan dicari permasalahnnya. Pengalaman yang diperoleh siswa dari lingkungan akan menjadi bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya (Trianto, 2007:67). Diharapkan dengan strategi ini siswa lebih memahami permasalahan sehari-hari dengan materi matematika yang dipelajari.
Selain penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, penggunaan media pembelajaran juga dapat membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera pendengaran dan penglihatan, media pembelajaran juga dapat mempercepat proses pemahaman siswa lebih cepat. Media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, yang berfungsi untuk mempermudah jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sugiarto (2009: 9) pemanfaatan media yang dilakukan secara benar akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk membangun sendiri pengetahuan yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika perlu adanya visualisai agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh siswa. Pada penelitian ini digunakan software aplikasi Prezi untuk memvisualisasikan bangun datar segi empat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Masalah kehidupan sehari-hari sering memerlukan penyelesaian melalui disiplin ilmu pengetahuan yang menggunakan perhitungan secara matematis. Masalah yang kongkret kehidupan sehari-hari tidak hanya sekedar penyelesaian biasa tetapi membutuhkan kemampuan yang kompleks karena harus menganalisis terlebih dahulu. Menganalisis permasalahan tentunya memerlukan kemampuan berpikir, namun dalam menganalisis permasalahan yang kompleks memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir kritis. 
Siswa pada sekolah menengah berada pada usia dimana kemampuan berpikirnya mulai berkembang  dan mulai berpikir kompleks, sehingga sangat penting bagi siswa sekolah menengah pertama untuk mulai mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Maka sangat penting untuk guru memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Hudojo (2003: 151) Dalam pembelajaran matematika siswa dihadapkan pada suatu masalah, dan didalam penyelesaian masalah siswa diharapkan memahami proses dalam penyelasaian masalah tersebut dan menjadi terampil dalam mengidentifikasi masalah dan konsep yang relavan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelasaian dan mengorganisasikan ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya.
Aspek berpikir kritis menurut Ennis (2003: 57) adalah fokus (focus), alasan (reason), simpulan (interference), situasi (situation), kejelasan (clarity), dan tinjauan ulang (overview). Berdasarkan aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika siswa dapat fokus pada permasalahan yang diberikan oleh guru, siswa dapat memberikan alasan terhadap pertanyaan dan jawaban yang diajukan, siswa dapat memberikan solusi pada suatu permasalahan, siswa memahami situasi yang ada pada permasalahan, siswa dapat menjelaskan kembali materi yang telah diberikan, dan siswa dapat memberikan tinjauan ulang pada beberapa solusi yang diajukan pada suatu permasalahan.
Keterkaitan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan aplikasi Prezi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, siswa dituntut untuk menyelasaikan sebuah permasalahan yang berhubungan kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan sebuah permasalahan siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, siswa mampu menguraikan permasalahan, siswa mampu memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru, siswa dapat menyimpulkan hasil dari analisisnya, dan mengevaluasi proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut , maka diperlukan penelitian yang berjudul “Efektifitas Model Pembelajaran Problem Based Instruction (Pbi) Berbantuan Aplikasi Prezi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis  Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMPN 10 Kota Semarang”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Apakah pembelajran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan aplikasi Prezi efektif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII Kota Semarang pada materi bangun ruang sisi datar?

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan aplikasi Prezi efektif terhadap kemampuan berpikir kritis kelas VIII Kota Semarang pada materi bangun ruang sisi datar.
Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
Peneliti, dapat memperluas pengetahuan cara pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan aplikasi Prezi
Siswa, mendapatkan pengalaman pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan aplikasi Prezi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Guru, Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat diigunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Sekolah,  dapat membatu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.
Kajian Pustaka
Hidayah Nur (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Instruction Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Kelas 5 SD Gugus IV Buleleng” hasil peneltiannya menunjukan skor kmampuan pemecahan masalah pembelajaran matematika pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional cenderung rendah, sedangkan skor kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Problem Based Instruction lebih tinggi.
Ghofuri Ahmad M. (2014), dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Berbasis Multimedia menggunakan Power Point Dengan Pndekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa”. Hasil penelitiannya menunjukan pembelajaran berbasis multimedia Power Point sama efektifnya dengan pembelajaran berbasis masalah dan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, tidak ada interaksi antara pembelajaran berbasis multimedia power point dan pembelajajaran berbasis masalah dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.
Rachmawati Ika Mahera (2016), dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Menggunakan Model Problem Based Instruction Siswa Kelas IX SMPN Bangutapang” hasil peneltiannya menunjukan peningkatan pada setiap indikatornya. Rata-rata tes kemampuan berpikir kritis juga meningkat, pada pra siklus 52,31 (kriteria cukup tinggi), pada siklus I mencapai 69,75 (cukup tinggi), serta mencapai 79,83 (tinggi) pada siklus II.
Kajian Teori
Pengertian Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan  dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit atau tersembunyi (Sagala, 2010:11). Hamalik (2004:7) mendefinisikan belajar adalah modivikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Sedangkan belajar menurut J.A. Brunner (dalam Sugandi 2004:36), menyatakan bahwa dalam belajar ada empat pokok yang perlu diperhatikan yaitu peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan mempelajari sesuatu, intuisi dan cara membangkitkan motivasi belajar. Menurut Gagne dalam Anni (2006:4) Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat parilaku unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perbuhan perilaku. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pandangan tersebut mka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses tingkahlaku yang ditimbulan karena adanya latihan. Belajar merupakan proses aktivitas dari individu yang bersifat dinamis dan melibatkan aspek jasmani serta rohani, sehingga perilakunya dapat berubah.
Teori Belajar
Teori Belajar Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi individu tersebut dengan orang-orang lain, merupakan faktor yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental lebih tinggi umumnya muncul dalam kerjasama antar siswa (Trianto, 2007:25).
Teori belajar Vygotsky sangat mendukung dalam proses penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction menekankan siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok. Melalui kelompok siswa dapat berdiskusi, menguraikan permaslahan yang diberikan oleh guru, dan saling bertukar ide. Denan demikian siswa yang lebih pandai memberi masukan dan membantu pada teman dalam satu kelompoknya yang belum paham sehingga siswa yang lemah termotivasi dalam  belajar.
Teori Piaget
Teori Piaget menekankan pembelajaran melalui penemuan, pengalaman nyata dan memanipulasi langsung alat, bahan atau media belajar yang lain. Menurut Piaget dalam Sanjaya (2006:123), perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan formal yang terpisah, namun lebih merupakan penkonstruksian suatu kerangka mental oleh siswa untuk memahami lingkungan mereka sehingga siswa bebas membangun pemahaman mereka sendiri.
Siswa akan tertarik dengan lingkungan belajar yang dibuat oleh guru dengan interaksi sosial yang baik, sehingga dapat mengembangkan pemahaman mereka terhadap terhadap konsep-konsep matematika, khususnya terkait dengan pengalaman-pengalaman nyata yang mereka miliki, maupun masalah-masalah kontekstual yang sering mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2006:124).
Teori belajar Piaget sangat mendukung dalam penelitian ini karana dalam memperoleh pengetahuan baru siswa melalui kerjasama kelompok, menggeneralisasikan, menyimpulkan hasil kajian atau temuan mereka bersama.
Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pembelajaran adalah sebuah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pengertian ini pembelajaran merupakan bantuan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik supaya dapat belajar dengan baik (Susanto. 2013:19). Pembelajaran menurut Suherman (2003:8) mengartikan pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan.
Matematika merupakan suatu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran yang penting dalam disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia (Suherman, 2003: 15). Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah atau biasa disebut matematika sekolah adalah suatu ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, struktur-struktur dan hubungannya yang diatur secara logis (Hudojo, 2003:3).
Pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis yang meliputi pemahaman, penyelesaian masalah, penalaran, komunikasi, koneksi matematis, berpikir kritis serta sikap terbuka dan objektif (Sumarno, 2004:5). Pendapat yang sama juga diungkapkan suherman (2006:3) bahwa pembelajaran matematika ditujukan untuk membina kemampuan siswa diantaranya dalam memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, penyelesaian masalah, mengomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai terhadap matematika.
Berdasarkan uraian dan beberapa definisi maka dapat disimpulkan pembelajaran matematika adalah sebuah proses pendidikan didalam sekolah yang berisi serangkaian interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dalam situasi edukatif yang sengaja ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkahlaku, kecakapan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada individu dengan pola pikir yang mengorganisasikan, pembuktian yang logis yangberkenaan dengan de-ide, struktur-struktur dan hubungannya.
Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau mujarab dan dapat membawa hasil.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
  Pengertian Problem Based Instruction (PBI)
Problem Based Instruction (PBI) adalah sebuah proses pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahn nyata sebagai tumpuan pembelajaran, dapat membiasakan siswa dalam pemecahan masalah, (Rudtin, 2013). Menurut Arends dalam Trianto (2010: 94) Pengajaran berdasarkan masalah atau (PBI) adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Problem Based Instruction siswa dilatih untuk menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, selain itu dengan pemberian masalah autentik siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehinggasewaktu-waktu dapat digunakan lagi (Nurhadi, 2004: 110).
Berdasarkan uraian beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Problem Based Instruction merupakan pembelajaran yang diawali dengan guru menyajikan permaslahan nyata yang ada pada kehidupan sehari-hari kepada siswa dan mendorong siswa untuk memiliki motivasi internal sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan menemukan penyelesaian masalah yang diajukan.
Ciri-ciri Problem Based Instruction
Menurut Arends dalam Trianto (2010:68) berbagi pengembangan pengajaran Problem Based Instruction telah memberikan model pengajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
Pengajuan pertanyaan atau masalah 
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
   Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, dan ilmu-ilmu sosial) masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau permasalahan itu dari banyak mata pelajaran.
Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasar masalah mengaharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk pencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
Menghasilkan produk dan memamerkannya
Menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata. Produk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video maupun progam komputer.
Kolaborasi atau kerjasama
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa bekerja satu dengan yang lainnya, bisa berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Instruction
Menurut ibrahim (2004:6) model pembelajaran Problem Based Instruction terdiri lima tahapan sebagai berikut:
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan yang dipilih.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
  Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan, karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Aplikasi Prezi
Saat ini sudah banyak alternatif media untuk membuat presentasi yang menarik selain Power Point, salah satunya menggunakan Prezi. Menurut Simamora (2014:1) Prezi adalah aplikasi presentasi yang bisa digunakan untuk presentasi online dan offline yang lebih menarik, sehingga ide-ide yang kita miliki bisa kita sampaikan lebih mudah, presentasi menggunakan Prezi memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
Membuat presentasi dapat secara offline atau online.
Memungkinkan untuk membuat presentasi dengan satu kanvas.
Mengguanakan sistem garis edar “Path” yang digunakan untuk mengatur perpindahan antara satu objek ke objek lainnya didalam kanvas.
Memberikan fasilitas utuk memasuka gambar, video, beberapa shape dan ilustrasi seperti diagram
Memberikan template menarik, fasilitas import untuk konverter konten di Power Point menjadi konten didalam Prezi.
Memungkinkan untuk dapat diedit kapanpun dan dimanapun
Kemampuan Berpikir Kritis
Pengertian kemampuan berpikir kritis
Berfikir kritis sebagai suatu ketrampilan yang penuh pertimbangan untuk menampilkan pengaturan diri sendiri dalam mengemukakan pertimbangan penalaran dan pembuktian, konteks, stendar, metode,dan struktur konseptual untuk membuat keputusan atau apa yang harus dilakukan, (Hassoubah, 2008:78). Berpikir kritis menurut Johnson (2007:183) merupakan sebuah proses terarah dan jelasyang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Menurut Emir (2013:340) menyatakan berpikir kritis “critical thinking is reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to believe or do”. Menurut definisi tersebut, berpikir kritis menekankan pada berpikir yang masuk akal dan reflektif.
Berdasarksan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah proses berpikir tingkat tinggi yang terarah dan jeles untuk kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, merefleksi permasalahan secara mendalam, tidak begitu saja mempercayai informasi yang datang dari berbagai sumber.
Indikator kemampuan berpikir kritis
Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis dalam Hasoubah (2008:91) terdapat 12 indikator kemampuan berpikir kritis yang  dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Dua Belas Indikator Berpikir Kritis
No
Indikator
Sub Indikator

1
Merumuskan Pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan masalah
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban
Mempertimbangkan jawaban
Menjaga kondisi berpikir


2
Menganalisis argumen 
Mengidentifikasi kesimpulan
Melihat struktur dari suatu argumen
Mengidentifikasi kalimat pertanyaan dan bukan pertanyaan
Membuat ringkasan

3
Menanyakan dan menjawab pertanyaan
Menanyakan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Menentukan fakta yang ada

4
Menilai kredibilitas sumber informasi
Mempertimbangkan kesesuaian sumber
Memertimbangkan kemenarkan permasalahan
Kemampuan memberikan alasan

5
Melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi
Melibatkan sedikit dugaan
Melaporkan hasil observasi
Mempertanggungjawabkan hasil observasi

6
Membuat dan menilai deduksi
Mengkondisikan logika
Menyatakan tafsiran

7
Membuat dan menilai induksi
Mengemukakan kesimpulan dari hipotesis
Menarik kesimpulan dari penyelidikan

8
Mengevaluasi
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan fakta-fakta dan akibat

9
Mengidentifikasi dan menilai definisi
Mengidentifikasi dan menangani ketidak benaran yang disengaja
Membuat definisi

10
Mengidentifikasi asumsi
Penjelasan bukan pertanyaan
Mengkonstruksi argumen

11
Menduga
Mempertimbangkan dan asumsi lain

12
Memadukan
Memadukan kecenderungan dan kemampuan dalam membuat keputusan


Ketika siswa berpikir kritis dalam matematika, mereka membuat keputusan-keputusan yang beralasan dan pertimbangan tentang apa yang dipikirkan dan dilakukan. Berdasarkan indikator-indikator yang diuraikan, kemampuan berpikir kritis yang akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator kemampuan Berpikir Kritis Matematis
No
Indikator
Sub Indikator

1

2
Merumuskan Pertanyaan

Menanyakan dan menjawab pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan masalah
Menentukan fakta yang ada





Materi Bangun Ruang
Bangun ruang kubus







Bangun Ruang Balok


.





Bangun Ruang Prisma










Luas Permukaan Prisma
L   = 2 × Luas alas + Keliling alas × tinggi
Volume Prisma
V = Luas Alas x tinggi
Bangun Ruang Limas










Luas Permukaan Limas

Volume Limas
V =











Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan jawaban. Jakarta: Grasindo, hlm 109
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif. Prestasi pustaka: Jakarta
Sugiarto. 2009. Workshop Pendidikan Matematika 1. Semarang: Matematika FMIPA UNNES
Anni, Catharina T. Dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta
   Herman Hudojo. 2003. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. Malang: universitas negeri malang
Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif beroriantasi kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Sugandi, Achmad dan Haryanto. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Damana, R. 2013. Pengaruh Model Problem Based Instruction Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Kelas 5 SD Gugus IV Buleleng. Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja www.http://ejournal.undhiksha.ac.id
Suherman, E, dkk. 2003. Strategi pembelajaran matematika konteporer. Bandung: FMIPA UPI
Rachmawati Ika Mahera (2016), Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Menggunakan Model Problem Based Instruction Siswa Kelas IX SMPN Bangutapang. Journal. Universitas PGRI Yogyakarta 
Ghofuri Ahmad M. (2014), dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Berbasis Multimedia menggunakan Power Point Dengan Pndekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa”. Journal. IKIP PGRI Madiun http.download portalgaruda.org 
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Emir, S. 2013. Constribusing of teacher’s Thinking Styles to critical Thinking Disposition . Educational: Theoryn and Practice, 13(1): 337-347
KBBI
Trianto. 2010. Mendesain model pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: Kencana
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: universsity press kampus UNESA
Hassoubah, Z, I. 2004. Developing Creative & Critical Thinking Skill. Bandung: Nuansa
Rudtin Nur A. 2013. Penerapan Langkah Polya dalam model pembelajaran Problem Based Instruction untuk meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita persegi panjang. Journal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Vol 1 No 1.
Johnson, E.B. (2007). Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasikan dan bermakna (diterjahkan A. Chaedar Alwasilah). Bandung: Mizan Learning Center 
Nurhadi, 2004. Kurikulum 2004 pertanyaan dan jawaban. Jakarta: Grasindo
Simamora, I.G. 2014. Bahan Ajar In House Training (IHT) Pengembangan Kompetensi Widyaiswara PPPPK Medan: Membuat Presentasi Menggunakan Prezi. Medan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar