Kamis, 14 Desember 2017

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 3 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2017/2018 PADA MATERI POKOK BAHASAN SEGIEMPAT

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 3 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2017/2018 PADA MATERI POKOK BAHASAN SEGIEMPAT

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah: Seminar Matematika
Dosen Pengampu: Budi Cahyono, M.Si. dan Saminanto, M.Pd.

Oleh:
Nur Halizah (1403056085)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SANS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Judul : PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP N 3 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2017/2018 POKOK BAHASAN SEGIEMPAT
Penulis : Nur Halizah
NIM : 1403056085
Program Studi: Pendidikan Matematika

Latar Belakang Masalah
Salah satu ilmu dasar dalam pendidikan yang harus dikuasai oleh siswa adalah matematika sebab matematika tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Dalam mempelajari matematika, berpikir menjadi pokok penting. Pelajaran matematika mengharuskan setiap siswa memiliki kemampuan memahami rumus, berhitung, menganalisis, mengelompokkan objek, membuat alat peraga, membuat model matematika, dan lain-lain. Kegiatan tersebut tidak hanya memerlukan kegiatan berpikir biasa (konvergen), tetapi dibutuhkan kemampuan berpikir tinggi (divergen). Kenyataannya banyak sekolah-sekolah yang mempunyai kemampuan berpikir siswa masih terbilang rendah. Sebagai contoh siswa merasa kebingungan untuk melakukan pengelompokan unsur yang diketahui dalam soal, langkah awal pengerjaan soal, kesalahan dalam melakukan operasi matematika, dan monoton terhadap contoh soal yang diberikan oleh gurunya.
Mengingat matematika sebagai induk dari ilmu pengetahuan maka matematika berperan penting baik sebagai alat bantu, ilmu, pembimbing pola pikir maupun pembentuk sikap, oleh sebab itu proses pembelajaran matematika harus dapat dilakukan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Handoko (2013:189) yang menyatakan bahwa “matematika dapat difungsikan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang sistematis, logis, kreatif, disiplin, dan kerjasama yang efektif dalam kehidupan yang modern dan kompetitif”. Menurut pernyataan Handoko di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari belajar matematika salah satunya adalah mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
Kreativitas adalah suatu gaya hidup, suatu cara dalam mempersepsi dunia. Hidup kreatif berarti mengembangkan talenta yang dimiliki, belajar menggunakan kemampuan diri sendiri secara optimal; menjajaki gagasan baru, tempat-tempat baru; aktivitas-aktivitas baru; mengembangkan kepekaan terhadap masalah lingkungan, masalah orang lain, masalah kemanusiaan (Munandar, 2009: 19). Kemampuan berpikir kreatif dalam hubungannya dengan matematika lebih tepatnya disebut kemampuan berpikir kreatif matematis. Kemampuan berpikir kreatif matematis dapat diartikan sebagai kemampuan menyelesaikan masalah matematika dengan lebih dari satu penyelesaian dan siswa berpikir lancar, luwes, melakukan elaborasi, dan memiliki orisinalitas dalam jawabannya. Sehingga siswa tidak hanya berkutat mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan.
Menurut Munandar (2009), terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif yaitu: pertama, faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal). Faktor ini meliputi pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasi, kebiasaan, keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation),  dan kemampuan untuk bereksperimen. Kedua, faktor yang berasal dari luar diri individu (eksternal). Faktor ini meliputi hambatan sosial, organisasi dan kepemimpinan, kepribadian dan tidak kalah pentingnya adalah lingkungan keluarga dan masyarakat. Beberapa faktor-faktor tersebut merupakan aspek kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional menunjuk pada suatu kemampuan untuk mengatur dan mengelola dorongan-dorongan emosi yang terdapat dalam diri individu. Emosi dapat dikelompokkan pada kesedihan, amarah, takut, gembira, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu. Agar emosi tersebut dapat disalurkan secara benar dan tepat baik pada diri sendiri maupun bagi sosialnya, ada lima aspek yang dapat mencerminkan tingkat kecerdasan emosional yang dapat dimiliki oleh seseorang. Secara garis besar aspek-aspek kecerdasan emosional tersebut adalah, pertama: kemampuan mengenali emosi diri, kedua: kemampuan mengelola emosi diri, ketiga: kemampuan memotivasi diri ketika menghadapi kegagalan atau rintangan dalam mencapai keinginan, keempat: kemampuan mengenali emosi orang lain, dan kelima: kemampuan membina hubungan dengan sosialnya (Goleman terjemah Hermaya, 2000: 58 – 59).
Dalam Journal of Psychology and Behavioral Science yang berjudul Creative Thinking of High School Students in Relation to Their Emotional Intelligence dikatakan bahwa “Emotional Intelligence is the ability to understand emotions and their causes, the capability to effectively regulate these emotions in one-self and in others and most importantly being able to use the emotions as a source of information for problem solving, being creative and dealing with social situation”. 
“Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami emosi dan penyebab emosi mereka, kemampuan untuk secara efektif mengatur emosi dalam diri dan orang lain dan yang terpenting bisa menggunakan emosi sebagai sumber informasi pemecahan masalah, menjadi kreatif dan menghadapi situasi sosial”.
Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampilannya untuk menciptakan suatu kreativitas termasuk intelektual. Emosi tidak hanya memberi kontribusi terhadap intelegensi, tetapi keseluruhan fungsi kehidupan manusia. Selama ini banyak yang beranggapan bahwa siswa yang pintar matematika adalah siswa dengan IQ yang tinggi. Kenyataannya tidaklah demikian, banyak siswa dengan IQ tinggi yang gagal (memperoleh nilai dibawah rata-rata) ketika menghadapi ulangan atau ujian dan sebaliknya siswa dengan IQ pas-pasan justru berhasil. Dalam belajar matematika IQ itu memang sangat diperlukan, namun IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional kreativitas berpikir yang dilakukannya. Demikian juga untuk mencapai kreativitas yang tinggi tidak hanya perlu mengembangkan rational intelligence, melainkan pula perlu mengembangkan emotional intelligence.
Kecerdasan emosional bekerja secara sinergi terhadap keterampilan kognitif. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimal. Kecerdasan emosi tersebut akan mempengaruhi perilaku tiap individu dalam mengatasi permasalahan yang muncul pada diri orang tersebut termasuk masalah berpikir kreatif dalam belajar matematika. Keterbukaan terhadap emosi mampu menjadikan berfikir efektif dan meningkatkan kecerdasan emosinya, prestasi intelektualnya berkembang dan keterampilan sosialnya menajam. Hal itu dapat memandu siswa untuk mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain, serta menerapkan energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. sehingga siswa memiliki kepercayaan diri dan tidak merasa ketakutan untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya dan mengembangkan kreativitasnya.
Dari uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa tingkat kecerdasan emosional seseorang diduga dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis. Oleh sebab itu, kajian mendalam mengenai apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kemampuan berpikir matematis dipandang penting.
Peneliti memilih SMP N 3 Kendal sebagai objek dalam penelitian ini, karena menurut pengamatan peneliti dan hasil wawancara peneliti dengan guru dan siswa SMP N 3 Kendal didapati kemampuan berpikir kreatif siswa masih kurang dan ditambah lagi latar belakang siswa dari keluarga yang broken home serta orang tua menjadi TKI yang mana kecerdasan emosionalnya akan berbeda dengan latar belakang siswa dari keluarga harmonis menjadi pertimbangan utama peneliti. Selain itu letak lokasi SMP N 3 Kendal mudah dijangkau dan dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga peneliti lebih intensif dalam melakukan penelitian. Hal inilah yang menjadi pertimbangan dalam memilih objek penelitian.
Dari latar belakang pemikiran di atas, maka Peneliti bermaksud mengangkat permasalahan tersebut menjadi penelitian skripsi dengan judul “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP N 3 KENDAL TAHUN PELAJARAN 2017/2018 POKOK BAHASAN SEGIEMPAT”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti memutuskan untuk mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII di SMP N 3 Kendal tahun pelajaran 2017/2018 pokok bahasan segiempat?



Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII di SMP N 3 Kendal tahun pelajaran 2017/2018 pokok bahasan segiempat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Bagi Peserta Didik
Mengetahui kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis
Bagi Guru
Memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga pengajar sebagai motivator, demi peningkatan kreativitas siswa.
Memberi informasi kepada guru mengenai seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
Bagi Peneliti
Mengetahui pengaruh kecerdasan emosionaal terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sehingga penjadi pengalaman sebagai bekal menjadi guru yang professional
Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang mengangkat topik penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini peneliti mengkaji beberapa penelitian terdahulu yang relevan, yaitu :
Penelitian yang dilakukukan oleh Budi Manfaat dan Icih Kurniasih yang berjudul “PENGARUH EMOTIONAL EQUOTION (EQ) TERHADAP KREATIVITAS BERPIKIR MATEMATIKA SISWA (STUDI KASUS DI KELAS VIII SMPN 4 KOTA CIREBON) ”
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan di SMPN 4 Kota Cirebon dimana mayoritas siswanya tinggal di daerah perkotaan dengan berbagai tekanan, pengaruh lingkungan sehingga rentan akan labilnya emosi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kreativitas berpikir matematika siswa dengan latar belakang tersebut. Dari hasil penelitian ini, Emotional Quotient (EQ) termasuk faktor penunjang kreativitas berpikir matematika siswa. Siswa yang dapat mengelola emosinya dengan baik cenderung mudah untuk menyesuaikan suasana belajarnya sehingga dapat menciptakan kreativitas berpikir yang baik ketika menyelesaikan soal. Sebaliknya, siswa yang tidak dapat mengelola emosinya dengan baik cenderung agak susah dalam menciptakan kreativitas berpikir matematika. Suasana emosi akan tertata dengan baik, sehingga dapat berpengaruh dalam menciptakan kreativitas berpikir siswa ketika menyelesaikan soal matematika. Penelitian tersebut sangat relevan dengan topik penelitian yang akan diambil oleh peneliti.
Sedangkan yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peniliti yaitu latar belakang tempat penelitian. Dimana latar belakang tempat penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti kali ini bertempat di SMP N 3 Kendal sebuah sekolahan yang terletak disalah satu desa di kabupaten Kendal dengan mayoritas siswanya tinggal di daerah pedesaan dan latar belakang siswa dari keluarga yang broken home serta orang tua menjadi TKI.
Penelitian yang dilakukukan oleh Zumaroh  yang berjudul “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS III MAN 0I SEMARANG”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemandirian belajar peserta didik Kelas III MAN 0I Semarang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional semakin tinggi tingkat kemandirian belajar peserta didik kelas III MAN 01 Semarang.
Sedangkan yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti kali ini yaitu terletak pada variabel indendent atau variabel terikatnya. Dimana variabel independent atau variabel terikat pada penelitian sebelumnya yaitu kemandirian belajar sedangkan variabel independent atau variabel terikat yang akan dilakukan oleh peneliti kali ini yaitu kemampuan berpikir kreatif matematis.
Kajian Teori
Kecerdasan Emosional
Pengertian Kecerdasan Emosional
 Para ahli telah banyak yang mengungkapkan pengertian EQ (Emotional Quotient) antara lain, menurut Salovey dan Mayer yang dikutip oleh Lawrence (1999: 20), mengatakan bahwa: EQ (Emotional Quotient) merupakan himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.
Menurut Steven Stein dan Howard Book sebagaimana dikutip oleh Sayidah Faoziyah (2004: 17) bahwa garis pembagi utama kecakapan-kecakapan yang kita miliki terletak antara pikiran dan hati atau secara kognisi dan emosi. Sebagian kecakapan bersifat murni kognitif, seperti penalaran analisis dan keahlian teknis, sedangkan kecakapan lain merupakan perpaduan antara pikiran dan perasaaan. Inilah yang disebut kecakapan emosi atau Emotional Quotient. Kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa (memanjakan perasaan) melainkan mengelola perasaan sedemikian sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif, yang memungkinkan orang bekerja dengan lancar menuju tujuan yang hendak dicapai.
Sebenarnya pada tahun 1920, Thorndike meletakkan dasar-dasar teori EQ (Emotional Quotient), saat ia berbicara tentang teori kecerdasan sosial yang didefinisikannya sebagai kemampuan untuk berperilaku bijaksana dalam berhubungan dengan sesama manusia (Mubayyidh, 2006: 5). Namun pengetahuan tentang kecerdasan emosional baru menyebar luas di masyarakat setelah terbitnya buku best seller karya Danial Goleman pada tahun 1995 yang mendefinisikan Emotional Quotient sebagai berikut :
“Emotional Intelligence: abilities such as being able to motivate oneself and persists in the face frustation: to control impulse and delay gatification; to regulate one’s mood and keep distress from swaming the ability to think: to empathize and to hope” (Goleman, 1996: 36).
“Kecerdasan emosional adalah kemampuan-kemampuan seperti kemampuan memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan, mengatur suasana hati dan menjaga agar tetap berfikir jernih, berempati dan optimis”.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengenali, mengelolah, memotivasi emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain.

Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman terjemah Widodo, 2000: 512).
Menurut Goleman (1995), EQ terdiri atas lima aspek berikut:
Knowing your emotions atau mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri adalah mengetahui apa yang dirasakan seseorang pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, mimiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat (Goleman terjemah Widodo, 2000:513). Orang yang mampu mengenali diri sendiri mampu mengetahui apa yang dirasakan orang dan mampu mengambil keputusan dengan relistis berarti mampu mengenali emosi diri. Unsur-unsur mengenali diri sendiri terdiri dari (Bahrudin dan Wahyuni, 2010: 158):
Kesadaran emosi,  yaitu mengenali emosi sendiri dan efeknya.
Penilaian diri secara teliti, yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.
Percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.
Managing your own emotions atau mengelola emosi diri
Kemampuan mengelola emosi akan berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, serta mampu memulihkan kembali dari tekanan emosi. Mengelola emosi diri meliputi mengelola emosi dan desakan hati yang merusak, sifat dapat dipercaya, memelihara norma kejujuran dan integritas, kehati-hatian, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, adaptabilitas keluwesan dalam menghadapi perubahan dan inovasi mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru (Bahrudin dan Wahyuni, 2010: 159).
Motivating yourself atau memotivasi diri
Memotivasi diri sendiri adalah kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri.Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan (Uno, 2006: 58).
Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk mengerakkan dalam menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta bertahan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi (Goleman terjemah Widodo, 2000: 514). Menurut Burhanudin dan wahyuni (2010: 159) motivasi memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
Dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi yang lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
Komitmen, yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga.
Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesiapan.
Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
Recognising and understanding other people’s emotions atau mengenali emosi orang lain (empati)
Empati merupakan kemampuan yang dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Kemampuan ini meliputi memahami orang lain, merasakan perkembangan kebutuhan orang lain, mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain, menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan orang lain, serta mampu membaca arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan (Goleman terjemah Widodo, 2000: 514).
Managing relationships atau membina hubungan dengan orang lain
Keterampilan Sosial ialah menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerja sama dan bekerja dalam team (Goleman, 2000: 514).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman 1999 (Dalam Ilham dan Helmi, 2002: 96) ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu:
Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang. Otak emosional dipengaruhi oleh keadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik, lebus prefontal dan hal-hal lain yang berada pada otak emosional.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu dan mempengaruhi individu untuk mengubah sikap. Pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok, antara individu mempengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik cetak maupun elektronik.
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Berpikir Kreatif
Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau kelompok. Menurut B Carlk (Dalam Munandar, 2009: 184) berpikir adalah keadaan berpikir rasional, dapat diukur, dapat dikembangkan dengan latihan sadar dan sengaja. Tujuan berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang dikehendaki.
Sementara De Bono, mendefinisikan berpikir sebagai keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan pengalaman. Sedangkan menurut psikologi Gestalf, berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak yang prosesnya tidak dapat kita amati dengan alat indera kita. Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aktifitas berpikir seseorang tidak dapat di amati oleh indra kita, seperti halnya seseorang yang sedang diam belum tentu ia sedang berpikir karena dalam aktivitas berpikirnya tidak dapat diamati (Marliani, 2015: 16 – 17).
Menurut pendapat di atas buah dari berpikir adalah mendapatkan suatu ide atau penemuan yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Jadi dapat disimpulakan berpikir adalah kemampuan mental dalam menggabungkan dan mengorganisasikan antara kecerdasan dan pengalaman yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan menyelesaikan suatu permasalahan. Setiap manusia dalam hidupnya pasti melakukan kegiatan berpikir dengan kadar kecerdasan, usia, dan kondisi yang dialami.
Kreatif berasal dari bahasa Inggris „create‟ yang artinya menciptakan, sedangkan kreatif mengandung pengertian memiliki daya cipta, mampu merealisasikan ide-ide dan perasaannya sehingga tercipta sebuah komposisi dengan warna dan nuansa baru. Dalam journal of educational and instructional studies in the world yang berjudul CREATIVE THINKING SKILLS ANALYZES OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL STUDENTS dikatakan bahwa “Creativity consists of flexible, fluent, unique and unordinary thinking in different situations.”
“Kreativitas terdiri dari pemikiran yang fleksibel, fasih, unik dan tidak biasa dalam situasi yang berbeda.”
Orang kreatif lebih fleksibel dibandingkan orang yang kurang kreatif. Keflesibelan ini membuat orang kreatif dapat menghindari rintangan-rintangan dalam menghadapi persoalan yang dihadapi. Kreativitas sering dikatakan sebagai suatu produk kreatif. orang kreatif akan mencari hal-hal yang baru, menemukan dan mengembangkan hal yang baru (Marliani, 2015: 17).
Malaka (2011:67) mengemukakan bahwa jangan berpikir bahwa kreatif itu hanya membuat hal-hal yang baru, hal tersebut salah karena manusia tidak pernah membuat hal baru. Manusia hanya bisa menemukan apa yang belum ditemukan oleh orang lain, manusia hanya bisa mengubah atau menggabungkan hal-hal yang sudah ada, sekali lagi bukan menciptakan hal yang baru. Maka kreatif hanya melanjutkan hal yang sudah ada bukan menciptakan atau membuat hal yang benar-benar baru, tetapi sifatnya yang lebih baru dan lebih unggul.
Sementara menurut Munandar (1999: 167), berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.
Maka dengan berpikir kreatif, suatu rencana dapat dijalankan dengan baik dan hati-hati mulai dari tahap perencanaan sampai pelaksanaannya. Berdasarkan beberapa pengertian berpikir kreatif menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda dari yang lain, menciptakan solusi untuk memecahkan masalah, dan membuat rencana inovatif seta orisinil yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan matang dengan dipertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan cara mengatasinya.
Berpikir Kreatif Matematis
Berpikir kreatif dalam matematika dapat dipandang sebagai orientasi atau disposisi tentang instruksi matematis, termasuk tugas penemuan dan pemecahan masalah. Aktivitas tersebut dapat membawa siswa mengembangkan pendekatan yang lebih kreatif dalam matematika. Tugas aktivitas tersebut dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal yang berkaitan dengan dimensi kreativitas.
Dalam International Journal of Education and Research yang berjudul The Enhancement of Students' Creative Thinking Skills in Mathematics through The 5E Learning Cycle with Metacognitive Technique dikatakan bahwa “Mathematical creative thinking skills is thinking skills to generate ideas in solving mathematical problem or in perceiving certain mathematical situation which is marked by aspects of sensitivity, fluency, elaboration, flexibility, and originality. Sensitivity is ability to identify the problem. Fluency is ability to generate many relevant ideas. Elaboration is ability to develop, add, enrich an idea, elaborate details, and extend the ideas. Flexibility is ability to build various ideas and ability to change a way or approach, and different thinking direction. Originality is ability to determine ideas which are unusual, uncommon or different from another”.
“Keterampilan berpikir kreatif  matematis adalah kemampuan berpikir untuk menghasilkan gagasan dalam memecahkan masalah matematika atau dalam memahami situasi matematis tertentu yang ditandai oleh aspek kepekaan, kelancaran, elaborasi, fleksibilitas, dan orisinalitas. Sensitivitas adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah. Kefasihan adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang relevan. Elaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, menambah, memperkaya ide, rincian yang rumit, dan sampaikan gagasannya. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk membangun berbagai gagasan dan kemampuan mengubah cara atau pendekatan, dan arah pemikiran yang berbeda. Orisinalitas adalah kemampuan untuk menentukan gagasanyang tidak biasa, tidak biasa atau berbeda dari yang lain”.
Heylock (1997) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis dapat menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah dengan memperhatikan jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah yang proses kognitifnya dianggap sebagai proses berpikir kreatif. Pendekatan kedua adalah menentukan kriteria bagi sebuah produk yang diindikasikan sebagai hasil dari berpikir kreatif atau produk-produk divergen. Tall (1991) mengatakan bahwa berpikir kreatif matematis adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan/atau perkembangan berpikir pada struktur- struktur dengan memperhatikan aturan penalaran deduktif, dan hubungan dari konsep-konsep dihasilkan untuk mengintegrasikan pokok penting dalam Matematika (Moma, 2015: 30 – 31).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan dan menyelesaikan masalah matematis yang meliputi komponen-komponen: kelancaran, fleksibilitas, elaborasi dan keaslian. Penilaian terhadap kemampuan bepikir kreatif siswa dalam matematika penting untuk dilakukan. Pengajuan masalah yang menuntut siswa dalam pemecahan masalah sering digunakan dalam penilaian kreativitas matematis. Tugas-tugas yang diberikan pada siswa yang bersifat penghadapan siswa dalam masalah dan pemecahannya digunakan peneliti untuk mengidentifikasi individu-individu yang kreatif.
Aspek-aspek Berpikir Kreatif Matematis
Untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif pada orang tersebut. Menurut Munandar (2009) ada 4 kriteria/ciri untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif seseorang, yaitu:
Keterampilan berpikir lancar (fluency)
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
Menghasilkan motivasi belajar
Arus pemikiran lancar
Keterampilan berpikir lentur (fleksibel)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam
Mampu mengubah cara atau pendekatan
Arah pemikiran yang berbeda
Keterampilan berpikir orisinil
Meberikan jawaban yang tidak lazim
Memberkan jawaban yang lain daripada yang lain
Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
Keterampilan berpikir terperinci (elaborasi)
Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
Memperinci detail-detail
Memperluas suatu gagasan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif dapat dijadikan indikator dalam menilai kemampaun berpikir kreatif seseorang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kreativitas dimiliki oleh setiap orang meskipun dalam derajat dan bentuk yang berbeda. Kreativitas harus dipupuk dan diingkatkan karena jika dibiarkan saja maka bakat tidak akan berkembang bahkan bisa terpendam dan tidak dapat terwujud.
Tumbuh dan berkembangnya kreasi diciptakan oleh individu, dipengaruhi oleh kebudayaan serta dari masyarakat dimana individu itu hidup dan bekerja. Tumbuh dan berkembangnya kreativitas dipengaruhi pula oleh banyak faktor terutama adalah karakter yang kuat, kecerdasan yang cukup dan lingkungan kultural yang mendukung.
Munandar (2009) menyebutkan bahwa perkembangan kreativitas dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1.  Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari atau terdapat pada diri individu yang bersangkutan. Faktor ini meliputi keterbukaan, locus of control yang internal, kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi-kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor-faktor ini antara lain meliputi keamanan dan kebebasan psikologis, sarana atau fasilitas terhadap pandangan dan minat yang berbeda, adanya penghargaan bagi orang yang kreatif, adanya waktu bebas yang cukup dan kesempatan untuk menyendiri, dorongan untuk melakukan berbagai eksperimen dan kegiatan-kegiatan kreatif, dorongan untuk mengembangkan fantasi kognisi dan inisiatif serta penerimaan dan penghargaan terhadap individual.
Penelitian menunjukkan bahwa bukan hanya faktor-faktor non-kognitif seperti sifat, sikap, minat dan temperamen yang turut menentukan produksi lintas kreatif. Selain itu latihan dan pengemabangan aspek non-kognitif seperti sikap berani mencoba sesuatu, mengambil resiko, usaha meningkatkan minat dan motivasi berkreasi, pandai memanfaatkan waktu serta kepercayaan diri dan harga diri akan sangat menentukan kreativitas (Munandar, 2009).
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya. Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan. Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:
Keterbukaan terhadap pengalaman
Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.
Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
Pada dasarnya penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain.
Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.
Merupakan kemampuan untuk membentuk kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya:

Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam).

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) BERBANTUAN APLIKASI PREZI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII

   EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) BERBANTUAN APLIKASI PREZI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR BERPIKIR KRITIS  SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII






Proposal Skripsi
Oleh:
Qosim Nur Syekha 1403056100





PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGO
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018








Latar Belakang

Dalam pembelajaran matematika diharapkan agar siswa mampu menguasai dan memahami teori, konsep, dan prinsip-prinsip penerapannya maka konsep menjadi dasar ilmu yang harus diberikan kepada siswa dengan baik dan benar. Mentransfer konsep melalui ceramah atau informasi belum tentu menghasilkan pemahanan yang jelas secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Siswa sebagai subjek didik harus aktif dalam proses pembalajaran. Siswa harus mempunyai motivasi, kreatif, dan kritis sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Siswa tidak hanya duduk mendengarkan ceramah guru kemudian mencatat apa yang tertera pada papan tulis, tapi siswa seharusnya berusaha untuk menemukan penyelesaian masalah dengan bimbingan dari guru. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran guru harus mempunyai kreativitas dalam menciptakan serta mengkombinasikan model pembelajaran, media, dan pendekatan agar tercipta suasana kelas menyenangkan dan menghapuskan suasana menyeramkan dalam kelas. Dengan kata lain guru harus merubah paradigma “Guru menjadi central dalam pembelajaran, guru sebagai sebagai pelayan siswa untuk memperoleh pengetahuan dalam pembelajaran”.   Dengan demikian pembelajaran berpusat pada siswa (stident centered) sahingga menghasilkan kebiasaan aktif dan komunikatif dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika di SMPN 10 Semarang, selama in hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika belum memuaskan, terlihat dari hasil nilai ulangan harian yang diperoleh dari sebagian besar siswa belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Menurut guru mata pelajaran matematika siswa masih cukup sulit untuk mengaitkan materi matematika dengan kehidupan nyata dan lebih senang menghafalkan rumus dibanding dengan memahami tentang konsep matematika.
  Oleh sebab itu, maka diperlukan  suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat, motivasi, dan keaktifan belajar siswa sehingga hasil belajar matematika dapat meningkat. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mampu mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan bantuan aplikasi Prezi.
Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensisial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2004:109).  PBI adalah Belajar berdasarkan masalah interaksi antara stimulus dengan respons, hubungan dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah masalah yang dihadapi dapat diselidiki dan dicari permasalahnnya. Pengalaman yang diperoleh siswa dari lingkungan akan menjadi bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya (Trianto, 2007:67). Diharapkan dengan strategi ini siswa lebih memahami permasalahan sehari-hari dengan materi matematika yang dipelajari.
Selain penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, penggunaan media pembelajaran juga dapat membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera pendengaran dan penglihatan, media pembelajaran juga dapat mempercepat proses pemahaman siswa lebih cepat. Media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, yang berfungsi untuk mempermudah jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sugiarto (2009: 9) pemanfaatan media yang dilakukan secara benar akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk membangun sendiri pengetahuan yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika perlu adanya visualisai agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh siswa. Pada penelitian ini digunakan software aplikasi Prezi untuk memvisualisasikan bangun datar segi empat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Masalah kehidupan sehari-hari sering memerlukan penyelesaian melalui disiplin ilmu pengetahuan yang menggunakan perhitungan secara matematis. Masalah yang kongkret kehidupan sehari-hari tidak hanya sekedar penyelesaian biasa tetapi membutuhkan kemampuan yang kompleks karena harus menganalisis terlebih dahulu. Menganalisis permasalahan tentunya memerlukan kemampuan berpikir, namun dalam menganalisis permasalahan yang kompleks memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir kritis. 
Siswa pada sekolah menengah berada pada usia dimana kemampuan berpikirnya mulai berkembang  dan mulai berpikir kompleks, sehingga sangat penting bagi siswa sekolah menengah pertama untuk mulai mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Maka sangat penting untuk guru memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Hudojo (2003: 151) Dalam pembelajaran matematika siswa dihadapkan pada suatu masalah, dan didalam penyelesaian masalah siswa diharapkan memahami proses dalam penyelasaian masalah tersebut dan menjadi terampil dalam mengidentifikasi masalah dan konsep yang relavan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelasaian dan mengorganisasikan ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya.
Aspek berpikir kritis menurut Ennis (2003: 57) adalah fokus (focus), alasan (reason), simpulan (interference), situasi (situation), kejelasan (clarity), dan tinjauan ulang (overview). Berdasarkan aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika siswa dapat fokus pada permasalahan yang diberikan oleh guru, siswa dapat memberikan alasan terhadap pertanyaan dan jawaban yang diajukan, siswa dapat memberikan solusi pada suatu permasalahan, siswa memahami situasi yang ada pada permasalahan, siswa dapat menjelaskan kembali materi yang telah diberikan, dan siswa dapat memberikan tinjauan ulang pada beberapa solusi yang diajukan pada suatu permasalahan.
Keterkaitan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan aplikasi Prezi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, siswa dituntut untuk menyelasaikan sebuah permasalahan yang berhubungan kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan sebuah permasalahan siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, siswa mampu menguraikan permasalahan, siswa mampu memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru, siswa dapat menyimpulkan hasil dari analisisnya, dan mengevaluasi proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut , maka diperlukan penelitian yang berjudul “Efektifitas Model Pembelajaran Problem Based Instruction (Pbi) Berbantuan Aplikasi Prezi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis  Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMPN 10 Kota Semarang”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Apakah pembelajran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan aplikasi Prezi efektif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII Kota Semarang pada materi bangun ruang sisi datar?

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan aplikasi Prezi efektif terhadap kemampuan berpikir kritis kelas VIII Kota Semarang pada materi bangun ruang sisi datar.
Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
Peneliti, dapat memperluas pengetahuan cara pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan aplikasi Prezi
Siswa, mendapatkan pengalaman pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan aplikasi Prezi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Guru, Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat diigunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Sekolah,  dapat membatu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.
Kajian Pustaka
Hidayah Nur (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Instruction Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Kelas 5 SD Gugus IV Buleleng” hasil peneltiannya menunjukan skor kmampuan pemecahan masalah pembelajaran matematika pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional cenderung rendah, sedangkan skor kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Problem Based Instruction lebih tinggi.
Ghofuri Ahmad M. (2014), dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Berbasis Multimedia menggunakan Power Point Dengan Pndekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa”. Hasil penelitiannya menunjukan pembelajaran berbasis multimedia Power Point sama efektifnya dengan pembelajaran berbasis masalah dan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, tidak ada interaksi antara pembelajaran berbasis multimedia power point dan pembelajajaran berbasis masalah dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.
Rachmawati Ika Mahera (2016), dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Menggunakan Model Problem Based Instruction Siswa Kelas IX SMPN Bangutapang” hasil peneltiannya menunjukan peningkatan pada setiap indikatornya. Rata-rata tes kemampuan berpikir kritis juga meningkat, pada pra siklus 52,31 (kriteria cukup tinggi), pada siklus I mencapai 69,75 (cukup tinggi), serta mencapai 79,83 (tinggi) pada siklus II.
Kajian Teori
Pengertian Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan  dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit atau tersembunyi (Sagala, 2010:11). Hamalik (2004:7) mendefinisikan belajar adalah modivikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Sedangkan belajar menurut J.A. Brunner (dalam Sugandi 2004:36), menyatakan bahwa dalam belajar ada empat pokok yang perlu diperhatikan yaitu peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan mempelajari sesuatu, intuisi dan cara membangkitkan motivasi belajar. Menurut Gagne dalam Anni (2006:4) Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat parilaku unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perbuhan perilaku. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pandangan tersebut mka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses tingkahlaku yang ditimbulan karena adanya latihan. Belajar merupakan proses aktivitas dari individu yang bersifat dinamis dan melibatkan aspek jasmani serta rohani, sehingga perilakunya dapat berubah.
Teori Belajar
Teori Belajar Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi individu tersebut dengan orang-orang lain, merupakan faktor yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental lebih tinggi umumnya muncul dalam kerjasama antar siswa (Trianto, 2007:25).
Teori belajar Vygotsky sangat mendukung dalam proses penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction menekankan siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok. Melalui kelompok siswa dapat berdiskusi, menguraikan permaslahan yang diberikan oleh guru, dan saling bertukar ide. Denan demikian siswa yang lebih pandai memberi masukan dan membantu pada teman dalam satu kelompoknya yang belum paham sehingga siswa yang lemah termotivasi dalam  belajar.
Teori Piaget
Teori Piaget menekankan pembelajaran melalui penemuan, pengalaman nyata dan memanipulasi langsung alat, bahan atau media belajar yang lain. Menurut Piaget dalam Sanjaya (2006:123), perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan formal yang terpisah, namun lebih merupakan penkonstruksian suatu kerangka mental oleh siswa untuk memahami lingkungan mereka sehingga siswa bebas membangun pemahaman mereka sendiri.
Siswa akan tertarik dengan lingkungan belajar yang dibuat oleh guru dengan interaksi sosial yang baik, sehingga dapat mengembangkan pemahaman mereka terhadap terhadap konsep-konsep matematika, khususnya terkait dengan pengalaman-pengalaman nyata yang mereka miliki, maupun masalah-masalah kontekstual yang sering mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2006:124).
Teori belajar Piaget sangat mendukung dalam penelitian ini karana dalam memperoleh pengetahuan baru siswa melalui kerjasama kelompok, menggeneralisasikan, menyimpulkan hasil kajian atau temuan mereka bersama.
Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pembelajaran adalah sebuah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pengertian ini pembelajaran merupakan bantuan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik supaya dapat belajar dengan baik (Susanto. 2013:19). Pembelajaran menurut Suherman (2003:8) mengartikan pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan.
Matematika merupakan suatu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran yang penting dalam disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia (Suherman, 2003: 15). Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah atau biasa disebut matematika sekolah adalah suatu ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, struktur-struktur dan hubungannya yang diatur secara logis (Hudojo, 2003:3).
Pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis yang meliputi pemahaman, penyelesaian masalah, penalaran, komunikasi, koneksi matematis, berpikir kritis serta sikap terbuka dan objektif (Sumarno, 2004:5). Pendapat yang sama juga diungkapkan suherman (2006:3) bahwa pembelajaran matematika ditujukan untuk membina kemampuan siswa diantaranya dalam memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, penyelesaian masalah, mengomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai terhadap matematika.
Berdasarkan uraian dan beberapa definisi maka dapat disimpulkan pembelajaran matematika adalah sebuah proses pendidikan didalam sekolah yang berisi serangkaian interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dalam situasi edukatif yang sengaja ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkahlaku, kecakapan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada individu dengan pola pikir yang mengorganisasikan, pembuktian yang logis yangberkenaan dengan de-ide, struktur-struktur dan hubungannya.
Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau mujarab dan dapat membawa hasil.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
  Pengertian Problem Based Instruction (PBI)
Problem Based Instruction (PBI) adalah sebuah proses pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahn nyata sebagai tumpuan pembelajaran, dapat membiasakan siswa dalam pemecahan masalah, (Rudtin, 2013). Menurut Arends dalam Trianto (2010: 94) Pengajaran berdasarkan masalah atau (PBI) adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Problem Based Instruction siswa dilatih untuk menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, selain itu dengan pemberian masalah autentik siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehinggasewaktu-waktu dapat digunakan lagi (Nurhadi, 2004: 110).
Berdasarkan uraian beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Problem Based Instruction merupakan pembelajaran yang diawali dengan guru menyajikan permaslahan nyata yang ada pada kehidupan sehari-hari kepada siswa dan mendorong siswa untuk memiliki motivasi internal sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan menemukan penyelesaian masalah yang diajukan.
Ciri-ciri Problem Based Instruction
Menurut Arends dalam Trianto (2010:68) berbagi pengembangan pengajaran Problem Based Instruction telah memberikan model pengajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
Pengajuan pertanyaan atau masalah 
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
   Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, dan ilmu-ilmu sosial) masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau permasalahan itu dari banyak mata pelajaran.
Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasar masalah mengaharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk pencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
Menghasilkan produk dan memamerkannya
Menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata. Produk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video maupun progam komputer.
Kolaborasi atau kerjasama
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa bekerja satu dengan yang lainnya, bisa berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Tahap-tahap pembelajaran Problem Based Instruction
Menurut ibrahim (2004:6) model pembelajaran Problem Based Instruction terdiri lima tahapan sebagai berikut:
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan yang dipilih.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
  Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan, karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Aplikasi Prezi
Saat ini sudah banyak alternatif media untuk membuat presentasi yang menarik selain Power Point, salah satunya menggunakan Prezi. Menurut Simamora (2014:1) Prezi adalah aplikasi presentasi yang bisa digunakan untuk presentasi online dan offline yang lebih menarik, sehingga ide-ide yang kita miliki bisa kita sampaikan lebih mudah, presentasi menggunakan Prezi memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
Membuat presentasi dapat secara offline atau online.
Memungkinkan untuk membuat presentasi dengan satu kanvas.
Mengguanakan sistem garis edar “Path” yang digunakan untuk mengatur perpindahan antara satu objek ke objek lainnya didalam kanvas.
Memberikan fasilitas utuk memasuka gambar, video, beberapa shape dan ilustrasi seperti diagram
Memberikan template menarik, fasilitas import untuk konverter konten di Power Point menjadi konten didalam Prezi.
Memungkinkan untuk dapat diedit kapanpun dan dimanapun
Kemampuan Berpikir Kritis
Pengertian kemampuan berpikir kritis
Berfikir kritis sebagai suatu ketrampilan yang penuh pertimbangan untuk menampilkan pengaturan diri sendiri dalam mengemukakan pertimbangan penalaran dan pembuktian, konteks, stendar, metode,dan struktur konseptual untuk membuat keputusan atau apa yang harus dilakukan, (Hassoubah, 2008:78). Berpikir kritis menurut Johnson (2007:183) merupakan sebuah proses terarah dan jelasyang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Menurut Emir (2013:340) menyatakan berpikir kritis “critical thinking is reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to believe or do”. Menurut definisi tersebut, berpikir kritis menekankan pada berpikir yang masuk akal dan reflektif.
Berdasarksan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah proses berpikir tingkat tinggi yang terarah dan jeles untuk kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, merefleksi permasalahan secara mendalam, tidak begitu saja mempercayai informasi yang datang dari berbagai sumber.
Indikator kemampuan berpikir kritis
Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis dalam Hasoubah (2008:91) terdapat 12 indikator kemampuan berpikir kritis yang  dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Dua Belas Indikator Berpikir Kritis
No
Indikator
Sub Indikator

1
Merumuskan Pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan masalah
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban
Mempertimbangkan jawaban
Menjaga kondisi berpikir


2
Menganalisis argumen 
Mengidentifikasi kesimpulan
Melihat struktur dari suatu argumen
Mengidentifikasi kalimat pertanyaan dan bukan pertanyaan
Membuat ringkasan

3
Menanyakan dan menjawab pertanyaan
Menanyakan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Menentukan fakta yang ada

4
Menilai kredibilitas sumber informasi
Mempertimbangkan kesesuaian sumber
Memertimbangkan kemenarkan permasalahan
Kemampuan memberikan alasan

5
Melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi
Melibatkan sedikit dugaan
Melaporkan hasil observasi
Mempertanggungjawabkan hasil observasi

6
Membuat dan menilai deduksi
Mengkondisikan logika
Menyatakan tafsiran

7
Membuat dan menilai induksi
Mengemukakan kesimpulan dari hipotesis
Menarik kesimpulan dari penyelidikan

8
Mengevaluasi
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan fakta-fakta dan akibat

9
Mengidentifikasi dan menilai definisi
Mengidentifikasi dan menangani ketidak benaran yang disengaja
Membuat definisi

10
Mengidentifikasi asumsi
Penjelasan bukan pertanyaan
Mengkonstruksi argumen

11
Menduga
Mempertimbangkan dan asumsi lain

12
Memadukan
Memadukan kecenderungan dan kemampuan dalam membuat keputusan


Ketika siswa berpikir kritis dalam matematika, mereka membuat keputusan-keputusan yang beralasan dan pertimbangan tentang apa yang dipikirkan dan dilakukan. Berdasarkan indikator-indikator yang diuraikan, kemampuan berpikir kritis yang akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator kemampuan Berpikir Kritis Matematis
No
Indikator
Sub Indikator

1

2
Merumuskan Pertanyaan

Menanyakan dan menjawab pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan masalah
Menentukan fakta yang ada





Materi Bangun Ruang
Bangun ruang kubus







Bangun Ruang Balok


.





Bangun Ruang Prisma










Luas Permukaan Prisma
L   = 2 × Luas alas + Keliling alas × tinggi
Volume Prisma
V = Luas Alas x tinggi
Bangun Ruang Limas










Luas Permukaan Limas

Volume Limas
V =











Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan jawaban. Jakarta: Grasindo, hlm 109
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif. Prestasi pustaka: Jakarta
Sugiarto. 2009. Workshop Pendidikan Matematika 1. Semarang: Matematika FMIPA UNNES
Anni, Catharina T. Dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta
   Herman Hudojo. 2003. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. Malang: universitas negeri malang
Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif beroriantasi kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Sugandi, Achmad dan Haryanto. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Damana, R. 2013. Pengaruh Model Problem Based Instruction Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Kelas 5 SD Gugus IV Buleleng. Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja www.http://ejournal.undhiksha.ac.id
Suherman, E, dkk. 2003. Strategi pembelajaran matematika konteporer. Bandung: FMIPA UPI
Rachmawati Ika Mahera (2016), Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Menggunakan Model Problem Based Instruction Siswa Kelas IX SMPN Bangutapang. Journal. Universitas PGRI Yogyakarta 
Ghofuri Ahmad M. (2014), dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Berbasis Multimedia menggunakan Power Point Dengan Pndekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa”. Journal. IKIP PGRI Madiun http.download portalgaruda.org 
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Emir, S. 2013. Constribusing of teacher’s Thinking Styles to critical Thinking Disposition . Educational: Theoryn and Practice, 13(1): 337-347
KBBI
Trianto. 2010. Mendesain model pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: Kencana
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: universsity press kampus UNESA
Hassoubah, Z, I. 2004. Developing Creative & Critical Thinking Skill. Bandung: Nuansa
Rudtin Nur A. 2013. Penerapan Langkah Polya dalam model pembelajaran Problem Based Instruction untuk meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita persegi panjang. Journal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Vol 1 No 1.
Johnson, E.B. (2007). Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasikan dan bermakna (diterjahkan A. Chaedar Alwasilah). Bandung: Mizan Learning Center 
Nurhadi, 2004. Kurikulum 2004 pertanyaan dan jawaban. Jakarta: Grasindo
Simamora, I.G. 2014. Bahan Ajar In House Training (IHT) Pengembangan Kompetensi Widyaiswara PPPPK Medan: Membuat Presentasi Menggunakan Prezi. Medan:

Pengembangan Media Pembelajaran Macromedia Flash Berbasis Website Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Untuk Meningkatkan Hasil Belaja

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
Judul :Pengembangan Media Pembelajaran Macromedia Flash Berbasis Website Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama
Penulis : M Sholehuddin Al Mubarok
NIM : 1403056089
Program Studi : Pendidikan Matematika

Latar Belakang Masalah
Kegiatan pembelajaran  yang biasa dilakukan  pendidik terkadang  sebagai penyampai informasi kepada siswa kurang bisa menciptakan suasana belajar yang menarik dan kondusif.  Ini berpengaruh pada hasil belajar peserta didik yang belum  banyak  mencapai nilai di atas KKM atau pencapaian nilai peserta didik yang  rata-rata masih rendah.  Berkaitan  pemasalahan di atas seorang pengajar  harus  memiliki  solusi untuk menciptakan  suasana pembelajaran yang kondusif menyenakan dan mengurangi suasana yang statis agar proses pembelajaran menjadi efektif, menarik, interaktif dan hasil belajar peserta didik nilainya di atas KKM  atau meningkat.  Banyak  alat bantu atau media pembelajaran yang dapat  menciptakan proses belajar yang menyenangkan, menarik, interaktif, dan efektif.
Saat ini, Depdiknas telah mengembangkan pembelajaran melalui internet. Untuk mendukung proses pembelajaran ini, Depdiknas membangun backbone Jejaring Pendidikan Nasional, atau populer dengan istilah Jardiknas. Sayangnya, konten yang tersedia belum memadai (Saragih, 2007). Dikarenakan hal tersebut, perlu dilakukannya suatu usaha untuk merancang materi pembelajaran khususnya pelajaran matematika. Agar materi tersebut menarik sehingga memotivasi peserta didik belajar mandiri, maka materi dikembangkan menggunakan teknologi informasi komunikasi dengan menempatkannya pada media website yang terkoneksi dengan internet yang mana manfaat media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan (Kemp & Dayton dalam Arsyad, 2003).
Salah satu materi yang ada pada mata pelajaran matematika adalah bangun ruang khususnya pada materi bangun ruang sisi lengkung. Dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi lengkung peserta didik dituntut untuk teliti, terampil dan cekatan dalam mengerjakannya. Materi bangun ruang sisi lengkung sendiri merupakan salah satu materi yang abstrak dan terdapat banyak rumus di dalamnya. Siswa mengakui bahwa mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Karena selama pembelajaran siswa tidak dibimbing untuk menemukan sendiri rumus yang akan digunakan untuk menentukan luas permukaan dan volume tabung, kerucut dan bola melainkan hanya menerima yang disampaikan guru. Untuk peneliti akan membuat suatu media pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuannya dengan cara mempelajari sendiri konsep atau rumus yang dipelajarinya, sehingga konsep maupun rumus akan bertahan lama dibenak siswa.
Media pembelajaran memang tidak sepenuhnya menggantikan pengajar, namun sikap tidak peduli terhadap perkembangan, bukanlah sikap yang tepat karena keduanya saling menunjang dan melengkapi. Lingkungan terus berkembang terhadap kualitas pengajar semakin meningkat, persaingan kompetensi pengajar semakin ketat. Selama ini media pembelajaran yang dipakai alat peraga dalam memahami unsur-unsur dan pengukuran tabung, kerucut dan bola yaitu melalui kertas karton. Akan tetapi seiring dengan perkembangan teknologi, media pembelajaran tersebut kurang menarik perhatian dan hasil belajar yang menurun. Untuk itu diperlukan media pembelajaran berbasis website yang valid, efektif, dan praktis dalam kegiatan pembelajaran yang dapat menarik dan meningkatkan hasil belajar siswa tanpa mengurangi fungsi media pembelajaran itu sendiri.
Dengan adanya tantangan perkembangan teknologi diserta kesulitan siswa dalam belajar terutama pada materi bangun ruang sisi lengkung. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Macromedia Flash Berbasis Website Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama”

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana langkah-langkah pengembangan media pembelajaran macromedia flash berbasis website yang valid dan praktis pada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP?
Bagaimana hasil pengembangan media pembelajaran macromedia flash berbasis website yang efektif?
Apakah media pembelajaran efektif digunakan untuk mengajarkan peserta didik kelas IX SMP pada materi bangun ruang sisi lengkung?

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan media pembelajaran macromedia flash berbasis website yang valid dan praktis pada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP.
Untuk mengetahui hasil pengembangan media pembelajaran macromedia flash berbasis website yang efektif
Untuk mengetahui keefektifan media pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan peserta didik kelas IX pada materi bangun ruang sisi lengkung

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebaga berikut:
Bagi Peserta didik
Kegiatan belajar mengajar dapat menjadi menarik dan menyenangkan dengan mempelajari materi matematika menggunakan macromedia flash berbasis website.
Bagi Pendidik
Menambah cara atau model pembelajaran yang menarik dan inovatif dengan hasil uji coba penelitian ini.
Bagi Peneliti
Menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan materi matematika yang lainnya dan menambah wawasan dalam dunia Informasi dan Teknologi

Spesifikas Produk
Produk yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebuah media pembelajaran matematika berbasis website, dengan spesifikasi sebagai berikut:
Media pembelajaran bebasis website dibuat menggunakan Macromedia Flash 8, yang bisa memadukan antara audio, teks, video dan gambar sesuai dengan kebutuhan.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia.
Materi yang disusun sesuai dengan KI dan KD kelas IX SMP.
 Produk ini berisi beberapa menu, di antaranya yaitu Materi, Quiz, KD, indikator, dan Petunjuk.
Soal-soal berupa materi bangun ruang sisi lengkung.
Soal-soal berupa pilihan ganda dan disajikan penyelesaian ketika user selesai menjawab.
Produk media pembelajaran ini nantinya dapat diakses melalui perangkat masing-masing yang tersambung melalui internet.

Asumsi Pengembangan
Asumsi pengembangan media pembelajaran berbasis website pada materi lingkaran dalam penelitian ini adalah:
Semua guru memiliki pemahaman yang sama mengenai materi matematika terkhusus pada bangun ruang sisi lengkung kelas IX SMP.
Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Pengguna dapat menggunakan perangkat masing-masing yang tersambung internet
Keterbatasan dalam pengembangan media pembelajaran berbasis website materi bangun ruang sisi lengkung dalam penelitian ini adalah:
Materi yang disajikan tidak menjelaskan materi bangun ruang sisi lengkung secara menyeluruh dan mendalam, karena hanya instisari saja yang disajikan.
Soal yang dihasilkan tidak dapat mengukur ketuntasan belajar peserta didik secara menyeluruh.
Media pembelajaran ini hanya bisa dijalankan pada perangkat yang terhubung melalui internet saja.

Kajian Pustaka
Adapun beberapa karya ilmah yang dijadikan kajan pustaka antara lain:
Pemanfaatan Edukasi Net Sebagai Media Pembelajaran Matematika artikel ilmiah karya Fadly.
Pengembangan Media Website Pembelajaran Materi Program Linear Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas jurnal ilmiah karya Muhammad Win Afgani, Darmawijoyo, dan Purwoko.
Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Balok  jurnal ilmiah karya Sri Purwatiningsih.

Kajian Teori
Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan. Ramiszowski mengungkapkan “media” as the carriers on messages, from some transmitting source which may be a human being or inanimate object), to the receiver of the message(which in our case is the learner). Penggunaan media dalam pembeljaran atau disebut jugapembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Macromedia Flash sebagai software Pendukung dalam pembuatan Website
Macromedia flash  adalah program grafis animasi standar professional untuk membuat halaman web yang menarik. Macromedia flash  merupakan aplikasi yang digunakan untuk melakukan desain dan membangun perangkat presentasi, publikasi, atau aplikasi lainnya yang membutuhkan ketersediaan sarana interaksi dengan penggunanya. Proyek yang dibangun dengan  flash  bisa terdiri atas teks, gambar, animasi sederhana, video, atau efek-efek khusus lainnya.
Macromedia flash yang dimaksud adalah perangkat software yang dibuat oleh peneliti yaitu media pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk mempermudah peserta didik memahami materi yang diajarkan. Macromedia flash merupakan aplikasi interaktif dengan berbagai kelebihan, diantaranya:
1)  Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain.
2)  Dapat membuat perubahan transparansi warna dalam movie.
3)  Dapat membuat animasi dari satu bentuk ke bentuk lain.
4) Dapat membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan.
5)  Dapat dikonversi dan dipublikasikan ke dalam beberapa tipe, diantaranya .swf, .html, .gif, .jpg, .png, .exe, .mov.
Fungsi utama Macromedia Flash dalam penelitian ini adalah
1)  Memberikan pengetahuan baru kepada peserta didik secara audio dan visual
2)  Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indrawi.
3)  Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak menjadi konkret).
4)  Memperjelas penyajian pesan agar tidak  terlalu bersifat verbalis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
Macromedia Flash merupakan salah satu software animasi yang mempunyai banyak keunggulan, diantaranya adalah program yang berorientasi objek (OOP), mampu mendesain gambar berbasis  vector,dapat dipergunakan secagai software pembuat situs WEB,dan lainnya.













Keterangan:
Main Bar
Merupakan menu baris/pulldown menu yang dipergunakan untuk mengakses beberapa perintah yangada di flash. Menu ini berisi sub menu yang disertai dengan shortcut.
Toolbar
Menu ini ditandai dengan icon-icon yang fungsinya sama seperti menu bar.
Toolbox
Merupakan alat bantu dalam menggambar suatu object seperti garis, lingkaran, persegiempat, text, pemberi warna. Juga dapat dipergunakan untuk menghapus, menzoom, maupun memilih objek.
Layer
Lapisan-lapisan yang dipergunakan untuk menampilkan kumpulan-kumpulan objek atau komponen, baik gambar, animasi maupun video. Layer dapat dijalankan secara bersama- sama.
Panel
Merupakan jendela tambahan yang dipergunakan untuk mengedit/mengatur performa dari suatu objek.Flash memiliki beberapa panel sesuai dengan fungsinya.
Controller
Merupakan tombol-tombol yang dipergunakan untuk menjalankan movie yang berisi tombol play,pause, stopdan lain-lain.
Time Line
Merupakan tempat dimana animasi objek akan dijalankan. Timeline juga berfungsi untuk menentukan kapan suatu objek dimunculkan atau dihilangkan berdasarkan satuan waktu. Pada time line terdapat frame, layerdan playhead.
Frame
Merupakan bagian-bagian dari movieyang dijalankan bergantian dari kiri kekanan. Masing-masingframe terdiri atas satu gambar.
Play Head
Dipergunakan untuk menunjuk posisi dari frame yang sedang dijalankan.
Ruler
Merupakan mistar bantuan yang terletak disebelah atas maupun kiri dari stage yang berfungsi untuk mengukur ketepatan penggambaran maupun peletakan suatu objek.
Stage
Sebagai daerah tempat meletakkan objek. Objek-objek yang terletak di dalam stage akan ditampilkan dalam movie, sedangkan yang berada di luar stage tidak akan di tampilkan.
Dalam penelitian ini,  Macromedia flash  digunakan untuk menampilkan materi dan  animasi-animasi  seperti animasi  sifat-sifat bangun ruang,  jaring-  jaring,  luas permukaan  dan volume bangun ruang sisi lengkung (tabung kerucut bola). Dengan demikian macromedia flash dapat membantu pembuatan media berbasis web diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, efisien,  dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dapat meningkatkan  hasil belajar peserta didik.
Model pengembangan website
Pengembangan e-learning. Ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didikdan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi,konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan  melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara
belajar jarak jauh dantatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melaluitatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada  siswauntuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahanuntuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan  pengajar  lebihbanyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan  kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikanpengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing peserta didik mencari dan  menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yangmenarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Dari ketiga model pengembangan e-learning yang diuraikan diatas, maka
dalam penelitian  ini akan dikembangkan jenis  Web Centric Course yang mengkombinasikan pembelajaran jarak jauh(non-tatap muka) dan konvensional
(tatap muka)
Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2007:30) memberikan pengertian tentang hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.
Purwanto (2010:42) memaparkan hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif. Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik.
Hasil belajar dipandang sebagai salah satu indikator pendidikan bagi mutu pendidikan dan perludisadari bahwa hasil belajar adalah bagian dari hasil pendidikan. Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Suryabrata juga menyatakan bahwa, bilahasil dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajardalam selang waktu tertentu. Hasil belajar termasuk dalam kelompok  atributkognitif  yang“respons”  hasilpengukurannya tergolong pendapat (judgment), yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah.Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikanyang ditetapkan.
Matematika sebagai bahan pelajaran yang obyeknya berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsipyang kesemuanya adalah abstrak. Sehingga, hasil belajar matematika siswa sebagian besar dinilai olehguru pada ranah kognitifnya. Penilaiannya dilakukan dengan tes hasil belajar matematika.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media komputer macromedia flash berbasis website sangat efektif jika dapat dirancang dan digunakan dalam proses pembelajaran yang  terpadu. Penyampaian materi pelajaran berbentuk visual melalui teknologi komputer sangat penting, dengan  syarat bahwa perancangan pembelajaran harus dapat merancang program secara terstruktur dan mudah dimengerti oleh para siswa.
Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung (tabung kerucut bola)
Tabung





Unsur-Unsur Tabung
Tabung memiliki 3 bidang sisi, yaitu bidang sisi alas yang disebut  alas, bidang lengkung yang disebut dengan selimut tabung  dan bidang atas yang disebut tutup
Sisi alas dan  sisi atas  tabung berbentuk lingkaran yang kongruen dan sejajar
Sisi  lengkung jika dibentangkan akan berbentuk persegipanjang dengan ukuran:
panjang   = keliling alas tabung
lebar    = tinggi tabung
Jaring−jaring Tabung




Jika pada sebuah tabung pada sisi lengkungnya dipotong sedemikian rupa maka akan diperoleh jaring−jaring tabung seperti gambar di atas. Jaring−jaring tersebut terdiri dari dua buah lingkaran ( alas dan tutup) yang kongruen dengan jari−jari r dan sebuah selimut yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran
Panjang   = keliling lingkaran alas   = 2πr
Lebar    = tinggi tabung    = t
Luas dan Volume Tabung
Berdasarkan keterangan di atas, jika jari-jari lingkaran alas r dan tinggi tabung t, maka diperoleh:




Kerucut






Memiliki 2 (dua) bidang sisi yaitu sisi alas dan sisi lengkung yang disebut selimut.
Sisi alasnya berbentuk lingkaran.
Sisi lengkung kerucut jika dibentangkan akan berbentuk juring lingkaran.
Kerucut memiliki garis pelukis yang menghubungkan titik puncak dengan rusuk alasnya.
Antara jari−jari alas (r), tinggi kerucut (t) dan garis pelukis (s) memiliki hubungan
Jaring-jaring kerucut







Apabila kerucut dipotong menurut garis lengkung dan garis pelukisnya maka akan diperoleh jaring−jaring kerucut seperti gambar di atas.
Jaring−jaring kerucut terdiri dari sebuah lingkaran yang merupakan alas kerucut dan sebuah juring lingkaran yang merupakan selimut kerucut
luas dan volume kerucut
Berdasarkan keterangan di atas, jika jari-jari lingkaran alas r dan tinggi tabung t, maka diperoleh:



Bola





Bola merupakan bangun ruang yang terbentuk dari hasil  putaran satu putaran penuh sebuah lingkaran dengan poros diameternya.  Bola hanya memiliki sebuah sisi lengkung dan tidak memiliki titik sudut
Luas Permukaan dan Volume bola



Metode Peneltian
Jenis Penelitian
Pengembangan media ini termasuk pada penelitian pengembangan R & D (research and development). Menurut Sugiono (2015) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan pengembangan (research and development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk tersebut tidak selalau berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, alat tulis dan alat pembelajaran lainnya. Akan tetapi, dapat pula berbentuk perangkat lunak (software).
Penelitian ini menggunakn software Macromedia Flash 8 sebagai pendukung pembuatan media pembelajaran berbasis web pada materi bangun ruang sisi lengkung.
Model Pengembangan
Sugiyono (2009) menyampaikan bahwa penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk. Jadi dalam penelitian dan pengembangan menurut beliau ada tiga hal yang menjadi tujuan utama yaitu menemukan, mengembangkan, dan memvalidasi produk. Menurut Lola Wita Harahapa dan Edy Suryab (2017) Model penelitian dan pengembangan dapat dilakukan  menggunakan ADDIE (Analytic, Desaign, Development, Implementasi, Evaluasi). Tahapan pengembangan dijelaskan sebagai berikut :
TAHAP ANALISIS (Analisys)
Melakukan analisis kebutuhan, mengidentifikasi masalah (kebutuhan) siswa. Dalam Aktivitas analisis kebutuhan, analisis dilakukan terhadap silabus yang Meliputi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, karakteristik Siswa, bahan ajar / media yang telah digunakan untuk mendapatkan Informasi tentang media yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam mempelajari kompetensi Telah diprogram
TAHAP DESAIN (Design)
Hal ini dilakukan dengan mengatur media buram. Pengembangan media Diprakarsai oleh kompilasi media buram. Media yang dihasilkan dinyatakan sebagai  Buram sampai selesainya validasi dan pengujian. Fase desain Merupakan langkah awal dalam membuat media pembelajaran dan harus mempersiapkan segala sesuatunya Yang akan dibutuhkan, antara lain: penciptaan disain, dll
TAHAP PENGEMBANGAN (Development)
Hasil dari fase ini adalah produk dalam bentuk media pembelajaran yang dimilikinya Telah terstruktur sesuai dengan standar kompetensi, basic Kompetensi dan indikator dimana ketiganya sudah terkandung di dalamnya Deskripsi masalah Pada tahap pengembangan ini, animasi dibuat Sesuai dengan kebutuhan tahap perkembangan yang telah dirancang, Seperti: Modelling, Texturing, Ringging, Skinning, Acting / Animation, Tahap Pencahayaan, Rendering, Rekaman, dan Tahap Penggabungan
TAHAP IMPLEMENTASI (Implementation)
Tahap uji coba, atau implementasi media pembelajaran kepada siswa. Ini Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian / validitas media Dengan pokok bahasan
TAHAP EVALUASI (Evaluation)
Menentukan keberhasilan media pembelajaran yang dikembangkan baik di dalam maupun di luar Sesuai dengan harapan semula. Evaluasi bertujuan untuk membuat Perbaikan media pembelajaran yang telah dikembangkan.



Daftar Pustaka
Afgani, Muhammad Win Dkk. 2008. Pengembangan Media Website Pembelajaran Materi Program Linear Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas. jurnal pendidikan matematika, volume 2. no.2, juli-des.
Purwanto. 2010.Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Hamalik. Oemar. 2007.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Matematika untuk SMP/MTs Kelas IX Semester 2. Jakarta: Kemendikbud.
Fadli. 2010. Pemanfaatan Edukasi Net Sebagai Media Pembelajaran Matematika. Forum MIPA Majalah Ilmiah Jurusan PMIPA FKIP Universitas Sriwijaya
Saragih. 2010. Belajar Tak Membosankan. Surabaya: Detiknas
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Riady, Achmad. Shindy Ekawati. 2011. Pengaruh Persepsi Siswa Pada Multimedia Pembelajaran Terhadap Aktivitas Dan Motivasi Yang Berimplikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Jurnal Pedadogy Volume 1 Nomor 1

Peranan Kelompok Tani Terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi

PERANAN KELOMPOK TANI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza sativa)
DI DESA SALEM KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES


NASKAH PUBLIKASI



Oleh:
Julyana
NIM: 134010211


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2017


PERANAN KELOMPOK TANI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza sativa)
DI DESA SALEM KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES

THE ROLE OF FARMERS GROUP TOWARD INCREASING
OF PADDY (Oryza sativa) FARMING INCOME
IN SALEM VILLAGE SALEM DISTRICT BREBES REGENCY

Julyana, Shofia Nur Awami, Renan Subantoro
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Semarang

ABSTRACT

Farmers group as a forum of organization cooperation among members who have a very important role in the life of farmer communities. It havens because all activities or problem of agricultural business is carried out by the group simultaniously. This study was aimed at finding out production cost, income and role of farmers group toward  the increasing of income paddy. This study obtained either farmers group or non farmers group. The method of this study was descriptive analyses and used purposive sampling technique to get the respondents sample. The total of respondents were 40 people in terms of reach 20 farmers group and 20 non farmers group. The pinding showed that the average of production cost farmers group Rp 1.864.432,- with the number of land was 2.332 m2/seasons, while for farmers group the cost of production was Rp 1.936.747,- with the number of land was 2307 m2/ seasons. The average farmers group received was Rp 4.896.570,-/seasons and for non farmers group was Rp 3.459.750,- /seasons. The average of farmers group income was Rp 3.072.263,-/seasons and non farmers group income was Rp 1.557.913,-/seasons. Acording to t-test, the farmers group had a great role in increasing of farmers group income.

Keywords: Business Agriculture, Farmers Group, Income, Paddy.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kedaulatan yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke, memiliki ribuan pulau dan sebagai negara agraris. Negara agraris merupakan negara yang perekonomiannya bergantung pada sektor pertanian. Prioritas utama pembangunan pertanian bertujuan untuk menyediakan pangan bagi seluruh penduduk yang terus meningkat. Permintaan komoditas pangan akan terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk serta perkembangan industri dan pakan. Disisi lain upaya untuk meningkatkan pendapatan petani terus dilakukan agar mereka dapat bergairah dalam meningkatkan produksi usaha tani (Arianda, 2010).
Partisipasi petani melalui organisasi masa berada dalam kontrol birokrasi. HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) pada hakekatnya bukanlah suatu organisasi murni petani karena sebagian besar anggota pengurus organisasi itu bukan berasal dari petani. Sehingga dalam beberapa hal HKTI nampak jelas sebagai suatu organisasi milik pemerintah daripada organisasi milik petani (Soetrisno, 2001). Pertanian Indonesia yang mengalami keterpurukan memicu petani membentuk kerjasama dengan petani lain dengan mengadakan kelompok tani. Kelompok tani merupakan salah satu contoh program pemerintah untuk mengaplikasikan pertanian secara berkelanjutan. Kelompok tani dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani padi.
Padi sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia mempunyai nilai strategis yang relatif tinggi, mulai dari kegiatan pra produksi sampai kegiatan pasca panen. Tingkat pendapatan produksi usahatani padi dari tahun ke tahun harus mengalami peningkatan. Hal itu bertujuan untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang. Menurut BPS (2016), luas panen komoditas padi sawah pada tahun 2015 di Kecamatan Salem memiliki luas panen yang lebih besar jika dibandingkan dengan komoditas lain yaitu sebesar 7.241 Ha. Komoditas jagung memiliki luas panen 36 Ha, kedelai 4 Ha, kacang tanah 34 Ha, ubi kayu 642 Ha, ubi jalar 172 Ha dan untuk tanaman sayur di Kecamatan Salem petani tidak membudidayakannya.
Keberadaan kelompok tani di Desa Salem Kecamatan Salem kurang optimal karena sebagian besar masyarakat di Desa Salem Kecamatan Salem memiliki pekerjaan lain. Petani di Desa Salem Kecamatan Salem tidak hanya mengandalkan penghasilannya dari sektor pertanian tetapi juga melakukan aktifitas lain diluar sektor pertanian. Pada saat ini banyak masyarakat yang berasumsi bahwa kelompok tani tidak mempunyai peran dalam peningkatan pendapatan bagi petani. Berdasarkan kondisi tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Berapa besar biaya usahatani padi sawah bagi petani berkelompok dan non kelompok di Desa Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes? (2) Berapa pendapatan usahatani padi sawah bagi petani berkelompok dan non berkelompok di Desa Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes? (3) Bagaimana peranan kelompok tani terhadap pendapatan usahatani padi sawah di Desa Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes?

BAHAN DAN METODE
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Penelitian peranan kelompok tani terhadap pendapatan usahatani padi dilakukan di Desa Salem Kecamatan Salem. Metode pengambilan lokasi penelitian dan responden yang digunakan adalah metode purposive sampling. Sampel yang diambil sebanyak 40 responden petani padi yang terdiri dari 20 petani berkelompok dan 20 petani non kelompok. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari petani padi melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Data sekunder dikumpulkan dari lembaga atau instansi seperti Kantor Kelurahan, BPS dan Dokumen milik kelompok tani. Data yang telah diketahui selanjutnya akan dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Analisis Biaya Usahatani
Menurut Aulia dkk (2013), biaya total usahatani adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan output. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
TC = TFC+TVC
Keterangan :
TC : Total biaya (Rp/MT)
TFC  : Total biaya tetap (Rp/MT)
TVC : Total biaya variabel (Rp/MT)
Analisis Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR= Yx Py
Keterangan:
TR : Total penerimaan
Y : Produksi yang diperoleh dalam usaha tani
Py : Harga produk (Soekartawi, 2002)
Analisis Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (2002) untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani padi sawah digunakan rumus sebagai berikut:
Pd  : TR-TC
Keterangan :
Pd : Pendapatan
TR : Total penerimaan
TC : Total biaya
Analisis uji t
Nilai perbandingan pendapatan yang telah diketahui selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji t. Menurut Sugiyomo (2016) analisis uji t secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:




Keterangan :
X1 dan X2  : Rata-rata pendapatan kelompok
S12 dan S22 : Estimasi perbedaan kelompok
n1 : Banyaknya sampel pengukuran kelompok pertama
n2  : Banyaknya sampel pengukuran kelompok kedua
Dengan kriteria uji
Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka Ho diterima dan H1 tidak diterima.
Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho tidak diterima dan H1 diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Wilayah Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Desa Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes. Desa Salem merupakan salah satu dari 21 Desa di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes Jawa Tengah, dengan luas wilayah 1.075 Ha terdiri atas lahan sawah dengan luas 273 Ha dan lahan bukan sawah dengah luas 802 Ha. Luas lahan bukan sawah meliputi hutan negara, tegalan dan pekarangan. Hampir seluruh Desa di Kecamatan Salem memiliki hutan negara yang mayoritas ditanami pohon pinus. Desa Salem berada pada ketinggian 400-900 m diatas permukaan laut dan memiliki suhu 16-22°C. Secara geografis wilayah Desa Salem termasuk wilayah pegunungan. Desa Salem ada di kaki Gunung Lio dan Gunung Kumbang. Selain itu Desa Salem juga merupakan Ibu Kota Kecamatan Salem yang memiliki 7 RW (Rukun Warga), 42 RT (Rukun Tetangga) dan memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 7.789 jiwa. Desa Salem dibatasi oleh beberapa desa yang berada disekitarnya. Secara administrasi, Desa Salem di sebelah utara berbatasan dengan Desa Bentar, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Gununglarang, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banjaran, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tembongraja

Karakteristik Petani
Karakteristik petani yang diteliti bertujuan untuk mengetahui latar belakang petani. Karakteristik sosial ekonomi petani yang dikaji dalam penelitian ini meliputi usia, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga dan lama usahatani.
Usia
Kisaran umur petani padi sawah di Desa Salem yaitu 40-60 tahun. Sebagian besar responden petani padi sawah berada pada kelompok umur 46-50 tahun. Data mengenai karateristik petani berdasarkan usia dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Petani Padi Berdasarkan Usia. 
No
Usia (Tahun)
Berkelompok
Non Kelompok

1
40 – 45
3 (15)
2 (10)

2
46 – 50
8 (40)
7 (35)

3
51 – 55
5 (25)
6 (30)

4
56 – 60
4 (20)
5 (25)


Jumlah
20 (100)
20 (100)

Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Angka dalam kurung menunjukkan persentase (%).
Usia 40-45 tahun merupakan usia termuda petani di Desa Salem. Hal ini terjadi karena petani pada usia sebelum 40 tahun lebih fokus pada pekerjaan selain usahatani. Usahatani padi di Desa Salem dinilai tidak dapat memberikan pendapatan yang maksimal sehingga petani lebih memilih usaha lain di luar sektor pertanian. Hasil produksi padi sebagian petani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan dari musim tanam sampai musim panen.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan petani yang tinggi lebih mudah untuk menerima informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki pun bertambah, sebaliknya pendidikan yang kurang menghambat perkembangan sikap petani terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani padi sawah di Desa Salem Kecamatan Salem termasuk dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan petani lebih memilih untuk bekerja daripada sekolah. Tingkat pendidikan yang rendah dapat diatasi dengan cara mengikuti kegiatan penyuluhan, mengikuti pelatihan dan berdiskusi dengan petani lain. Data mengenai tingkat pendidikan petani dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Petani Padi Menurut Tingkat Pendidikan.
No
Tingkat Pendidikan
Berkelompok
Non Kelompok

1.
Tidak Sekolah
0 (0)
1 (5)

2.
Tidak Tamat Sekolah
6 (30)
5 (25)

3.
SD
11 (55)
8 (40)

4.
SMP
3 (15)
4 (20)

5.
SMA
0 (0)
2 (10)


Jumlah
20 (100)
20 (100)

Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Angka dalam kurung menunjukkan persentase (%).
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi jumlah pengeluaran dan menimbulkan beban ekonomi yang besar pula. Data mengenai jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Petani Padi Menurut Tanggungan Keluarga.
No
Jumlah Tanggungan (Jiwa)
Berkelompok
Non Kelompok

1.
0 - 2
15 (75)
13 (65)

2.
3 - 5
5 (25)
7 (35)


Jumlah
20 (100)
20 (100)

Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Angka dalam kurung menunjukkan persentase (%).
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa petani padi yang mempunyai jumlah 0-2 jiwa lebih banyak dari pada yang memiliki tanggungan 3-5 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani relatif kecil dan membuktikan program keluarga berencana di Desa Salem Kecamatan Salem berjalan dengan baik.
Lama Usahatani
Petani berkelompok lebih lama menjalankan usahataninya dibandingkan petani non kelompok. Hal ini terjadi karena petani yang tidak berkelompok lebih memilih untuk menjadi buruh di usia muda dan kemudian menekuni usaha tani di saat usia lanjut. Pengalaman ini merupakan modal dasar untuk dapat meningkatkan produktivitas padi. Data mengenai lama usahatani dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Petani Padi Menurut Lama Usahatani.
No
Lama Usahatani (Tahun)
Berkelompok
Non Kelompok

1.
0 – 5
4 (20)
8 (40)

2.
6 – 10
7 (35)
9 (45)

3.
11 – 15
9 (45)
3 (15)


Jumlah
20 (100)
20 (100)

Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Angka dalam kurung menunjukkan persentase (%).
Pekerjaan
Petani padi di Desa Salem tidak semuanya bekerja pada sektor pertanian. Data mengenai pekerjaan tetap petani berkelompok dan non kelompok dapat dilihat pada Tabel 5.


Tabel 5. Karakteristik Petani Menurut Pekerjaan Tetap.
No
Pekerjaan
Berkelompok
Non Kelompok

1.
Petani dan peternak
14 (70)
7 (35)

2.
Pegawai non PNS
1 (5)
0 (0)

3.
Wirausaha
1 (5)
3 (15)

4.
Pedagang
4 (20)
2 (10)

5
Buruh
0 (0)
8 (40)


Jumlah
20 (100)
20 (100)

Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Angka dalam kurung menunjukkan persentase (%).
Berdasarkan Tabel 5 petani berkelompok secara umum memiliki pekerjaan utama sebagai petani dan peternak kambing. Petani berkelompok lebih fokus menggarap sawahnya jika dibandingkan dengan petani non kelompok, karena waktu yang tersedia lebih banyak. Pekerjaan sampingan non kelompok dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan pendapatan usahatani. Hal ini juga menjadi alasan petani tidak mau bergabung dalam kelompok tani. Setelah masa tanam selesai petani non kelompok memilih untuk bekerja diperantauan dari pada mengelola usahatani dan pulang ketika masa panen tiba. Usahatani padi petani non kelompok hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dari masa tanam padi sampai masa panen.

Peran Kelompok Tani “Tani Makmur”
Organisasi dan Kelembagaan
Peran kelompok tani dalam pertanian menjadi bagian penting dalam peningkatan pendapatan usahatani. Saat ini, kondisi kelompok tani “Tani Makmur” sudah mengalami perkembangan seperti yang diharapkan. Kelompok tani sebagai organisasi sosial masyarakat sudah berfungsi sebagai wadah tukar pikiran antar anggota kelompok tani, wadah menjalin kerjasama dan sebagai wadah silaturahim. Kelompok tani “Tani Makmur” sudah berbadan hukum dengan No: AHU-0014020.AH.01.01.07. TAHUN 2015. Kelompok tani “Tani Makmur” memilik 3 bidang utama diantaranya pertanian, peternakan dan hutbun (hutan dan kebun). Pembagian bidang bertujuan agar anggota kelompok tani dapat fokus pada satu bidang walaupun pada kenyataan di lapangan semua aktifitas dilakukan secara bersama-sama. Status atau jabatan di kelompok tani “Tani Makmur” terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, 1 orang bendahara dan 25 anggota yang terbagi dalam 3 bidang. Gambar struktur organisasi kelompok tani “Tani Makmur” dapat dilihat pada Gambar 1.
2. Manajemen Administrasi Organisasi dan Keuangan
Perencanaan usahatani disusun berdasarkan pengalaman dan faktor yang menentukan (dana yang tersedia, sumber daya alam, sumber daya manusia dan keadaan alam). Kelompok tani di Desa Salem belum mampu menguasai manajemen perencanaan dengan baik. Hal ini terjadi karena sumber daya manusia yang belum mampu. Selama ini kelompok tani hanya melakukan kegiatan sesuai dengan arahan dari penyuluh. Hal ini juga menjadi alasan petani non kelompok tidak mau bergabung dalam kelompok tani. Ditinjau dari manajemen keuangan kelompok tani “Tani Makmur” belum bisa melakukan hal tersebut. Kelompok tani memiliki sedikit pendapatan sehingga keuangan yang dikelola pun sedikit atau tidak ada. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan yang telah dilakukan kelompok tani “Tani Makmur” sebagai berikut;
Melakukan pertemuan rutin setiap bulan.
Mendapatkan penyuluhan rutin tiap bulan.
Memiliki tiga bidang kerja (Pertanian, Peternakan dan Kehutanan).
Mengadakan sosialisasi kepada petani.
Mengadakan arisan bulanan.
Menjadi penerima dan penyalur apabila ada subsidi dari pemerintah



Ketua





Sudarjo















Bendahara



Sekretaris

Sri Sutrisno



Sodikin













Bid Pertanian

Bid Peternakan

Bid Hutan dan Kebun

1.Mahrudin

1. Sugiono

1. Sujono 

2.Rudianto

2. Warjono

2. Widianto

3.Saepurrohman

3. Sutoyo

3. Hadi S

4. Sumarto

4. Risyanto

4. Ruswanto

5. Caswandi

5. Sudirjo

5. Pujarsono

6. Warjo

6. Kusmanto

6. Darno

7. Sumaryo

7. Wagiman

7. Camiharjo

8. Rahidin

8. Anto

8. Wahidin



Sutejo




Gambar 1. Struktur Organisasi Kelompok Tani “Tani Makmur”.
Permodalan
Keberadaan kelompok tani “Tani Makmur” belum membantu dalam permodalan usahatani padi. Lambatnya perkembangan dan penerimaan kelompok tani menjadi alasan sehingga kas yang dimiliki oleh kelompok tidak dapat dipinjamkan untuk permodalan usahatani anggotanya. Subsidi atau bantuan pada sektor pertanian juga tidak dapat sepenuhnya dijadikan modal. Alat produksi berupa traktor menjadi satu satunya bantuan yang dapat digunakan dalam usahatani padi. Guna mengatasi permasalahan tersebut kelompok tani harus mengembangkan usaha produktif yang dimiliki dan mengajukan bantuan atau subsidi yang dapat digunakan dalam usahatani padi misalnya pupuk dan benih.
Usaha Produktif
Usaha produktif merupakan usaha untuk menghasilkan barang dan jasa sehingga memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha. Kelompok tani “Tani Makmur” memiliki usaha produktif ternak (kambing) dan sarana produksi (traktor). Usaha produktif kelompok tani diperoleh dari bantuan pemerintah. Kelompok tani “Tani Makmur” memiliki 40 ekor kambing yang dipelihara oleh anggota kelompok tani. Selain ternak, kelompok tani “Tani Makmur” juga memiliki usaha produktif persewaan traktor.
Kemitraan
Kelompok tani bertujuan untuk memperkuat kerjasama antar petani di dalam lingkungan organisasi ataupun pihak lain di luar kelompok tani. kerjasama yang dibentuk diharapkan dapat membantu dalam pengembangan kelompok tani untuk meningkatkan pendapatan usahatani. Kelompok tani “Tani Makmur di Desa Salem tidak memiliki hubungan kerja sama dengan lembaga usaha lain. Hal ini terjadi karena kurang aktifnya anggota kelompok tani dalam mencari relasi atau hubungan kerjasama dengan lembaga lain.
Analisis Biaya Usahatani Padi Di Desa Salem Kecamatan Salem
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya tetap pada penelitian ini meliputi biaya penyusutan peralatan dan biaya pajak. Pajak yang dikeluarkan petani di Desa Salem Kecamatan Salem sebesar Rp 150,- per bata (14 m2) tiap musim tanam. Data mengenai perbandingan biaya tetap antara petani yang berkelompok dan non kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perbandingan Rata-rata Biaya Tetap Usahatani Padi Per Musim Tanam Bagi Petani yang Berkelompok dan Non Kelompok di Desa  Salem.
No
Keterangan
Berkelompok
Non Kelompok



Rata-rata (2.332 m2)
Per 1 Ha
Rata-rata
(2.307 m2)
Per 1 Ha

1.
Biaya Penyusutan (Rp)
40.125,-
172.062,-
35.450,-
153.662,-

2.
Biaya Pajak (Rp)
24.982,-
107.127,-
24.713,-
107.119,-


Jumlah (Rp)
65.107,-
279.189,-
60.163,-
260.781,-

Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
2. Biaya variabel
Biaya variabel adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang besarnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi. Data Mengenai perbandingan rata-rata biaya variabel dalam usahatani padi di Desa Salem dapat di lihat pada Tabel 7.
Tabel 7.  Perbandingan Rata-rata Biaya Variabel Usahatani Padi Per Musim Tanam Petani Berkelompok dan  Non Kelompok di Desa Salem.
Keterangan
Berkelompok
Non kelompok


Rata-rata (2.332 m2)
Per 1 Ha
Rata-rata
(2.307 m2)
Per 1 Ha

Biaya Pupuk (Rp)
333.100,-
1.428.388,-
329.500,-
1.428.262,-

Biaya Benih (Rp)
142.675,-
611.814,-
140.975,-
611.075,-

Biaya Tenaga Kerja  (Rp)
1.154.150,-
4.949.185,-
1.183.000,-
5.127.872,-

Biaya Pestisida (Rp)
154.400,-
662.093,-
208.650,-
904.421,-

Biaya Irigasi (Rp)
15.000,-
15.000,-
15.000,-
15.000,-

Jumlah
1.799.325,-
7.666.480,-
1.877.125,-
8.063.630,-

Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
3. Biaya Total
Biaya total merupakan biaya yang berasal dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan dalam proses produksi selama satu musim tanam. Data mengenai perbandingan rata-rata total biaya petani berkelompok dan non kelompok di Desa Salem dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.  Perbandingan Rata-rata Biaya Total Usahatani Padi Per Musim Tanam Petani Berkelompok dan Non Kelompok di Desa Salem
Keterangan
Berkelompok
Non kelompok


Rata-rata (2.332 m2)
Per 1 Ha
Rata-rata
(2.307 m2)
Per 1 Ha

Biaya tetap (Rp)
65.107,-
279.190,-
60.163,-
260.781,-

Biaya variabel (Rp)
1.799.325,-
7.666.480,-
1.877.125,-
8.063.630,-

Jumlah (Rp)
1.864.432,-
7.945.670
1.937.288,-
8.324.411,-

Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Hasil analisis biaya usahatani padi membuktikan bahwa beban biaya yang dikeluarkan petani berkelompok lebih kecil jika dibandingkan dengan petani non kelompok. Hal ini dipengaruhi oleh sumber daya manusia, alat produksi dan pemeliharaan.

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Di Desa Salem
Guna mengetahui pendapatan usahatani padi di Desa Salem harus diketahui terlebih dahulu biaya dan penerimaan.
Penerimaan
Penerimaan usahatani padi merupakan hasil kali antara  kuantitas padi yang dihasilkan dalam satuan kilogram (Kg) dan harga jual padi dalam satuan rupiah (Rp). Data mengenai perbandingan penerimaan petani berkelompok dan non kelompok di Desa Salem Kecamatan Salem dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi Per Musim Tanam Bagi Petani yang Berkelompok dan Non kelompok di Desa Salem.
Keterangan
Berkelompok
Non Kelompok


Rata-rata (2.332 m2)
Per 1 Ha
Rata-rata
(2.307 m2)
Per 1 Ha

Produksi (Kg)
1.165,85
4.999,35
823,75
3.570,65

Harga per Kg (Rp)
4.200,-
4.200,-
4.200,-
4.200,-

Jumlah (Rp)
4.896.570,-
20.997.270,-
3.459.750,-
14.996.730,-

Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Pendapatan
Nilai pendapatan usahatani yang diterima petani padi di Desa Salem selama satu musim, adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya.  Analisis pendapatan dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh biaya penyusutan alat, karena biaya tersebut termasuk dalam kategori biaya implisit. Hasil analisis pendapatan selaras dengan penelitian Mayasari (2015), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Keberadaan Kelompok Tani Terhadap Pendapatan Usahatani Tembakau (Studi Kasus di Desa Tlogosari Kecamatan Sumber Malang Kabupaten Situbondo)” menunjukkan bahwa Pendapatan petani yang tergabung dalam kelompok tani lebih tinggi dbandingkan dengan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor  diantaranya; usaha produktif kelompok tani, keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan dan diskusi sesama anggota kelompok tani. Data mengenai perbandingan rata-rata pendapatan petani berkelompok dan non kelompok di Desa Salem Kecamatan Salem dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Perbandingan Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Per Musim Tanam Bagi Petani berkelompok dan NonKelompok di Desa Salem.
Keterangan
Berkelompok
Non kelompok


Rata-rata (2.332 m2)
Per 1 Ha
Rata-rata
(2.307 m2)
Per 1 Ha

Total Penerimaan (Rp)
4.896.570,-
20.997.270,-
3.459.750,-
14.996.730,-

Total Biaya Eksplisit (Rp)
1.824.308,-
7.822.933,-
1.901.838,-
8.243.772,-

Pendapatan (Rp)
3.072.263,-
13.174.370,-
1.557.913,-
6.752.982,-

Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
.
Analisis Independen t test
Independen t test adalah uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rata-rata yang bermakna antara dua kelompok bebas yang berskala data interval atau rasio. Data hasil output SPSS uji independent test dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Uji Independent Samples Test
Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means


F
Sig.
T
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference









Lower
Upper

R
Equal variances assumed
,063
,803
4,583
38
,000
,776031061
,169323081
,433254404
1,118807717


Equal variances not assumed


4,583
36,940
,000
,776031061
,169323081
,432931162
1,119130959

Sumber: Hasil Output Data SPSS, 2017.
Hasil uji levene test bersifat homogenitas. Karena data bersifat homogenitas maka data yang digunakan adalah baris pertama yaitu nilai t hitung 4,583 pada DF 38.  DF pada uji t adalah N-2, yaitu pada kasus ini 40-2=38. Nilai t hitung ini anda bandingkan dengan t tabel pada DF 38 dan probabilitas 0,05. Berdasarkan nilai output diatas diperoleh nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata pendapatan petani yang berkelompok dan tidak berkelompok. Selain itu, untuk mengetahui perbedaan dapat diketahui dengan t hitung. Apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka terdapat perbedaan dan apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka tidak terdapat perbedaan.
Berdasarkan hasil output data SPSS maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pendapatan antara petani berkelompok dan non kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok tani mempunyai peran terhadap peningkatan pendapatan usahatani padi. Hasil analisis selaras dengan penelitian Mayasari (2015), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Keberadaan Kelompok Tani Terhadap Pendapatan Usahatani Tembakau (Studi Kasus di Desa Tlogosari Kecamatan Sumber Malang Kabupaten Situbondo)” menyatakan bahwa hasil pendapatan usahatani padi kemudian di uji dengan menggunakan uji t diketahui bahwa keberadaan kelompok tani mempengaruhi pendapatan usahatani, dan intensitas pertemuan mempengaruhi pendapatan.

KESIMPULAN
Rata-rata biaya total usahatani padi satu musim tanam bagi petani berkelompok lebih kecil jika di bandingkan dengan petani non kelompok. Rata-rata total biaya petani berkelompok sebesar Rp 1.864.432,- dengan rata-rata luas lahan 2.332 m2 dan untuk petani non kelompok sebesar Rp 1.937.288,- dengan luas lahan 2.307 m2. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk petani berkelompok setelah di konversi sebesar Rp 7.945.670,- per ha dan petani non kelompok sebesar
Rp 8.324.411,- per ha.
Rata-rata pendapatan usahatani padi sawah untuk petani yang berkelompok sebesar Rp 3.072.263,- per musim tanam dan non kelompok tani sebesar
Rp 1.557.913,- musim tanam. Rata-rata pendapatan usahatani padi diperoleh dari hasil kali antara rata-rata produksi (kg) dengan harga (Rp). Rata-rata pendapatan untuk petani berkelompok setelah di konversi sebesar
Rp 13.174.370,- per ha dan petani non kelompok sebesar Rp 6.752.982,- per ha.
Hasil uji Independen t terhadap pendapatan petani berkelompok dan non kelompok dengan nilai DF=38 dan probabilitas 0,05 dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata pendapatan petani yang berkelompok dan non kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok tani mempunyai peran terhadap peningkatan pendapatan usahatani padi.

SARAN
Petani yang berkelompok dan non kelompok harus menyadari bahwa dengan adanya kelompok tani beban biaya usahatani dapat di minimalisir. Sehingga disarankan kepada petani yang belum berkelompok untuk membentuk kelompok tani. Hal ini bertujuan agar pendapatan usahatani dapat meningkat. Petani yang berkelompok disarankan agar terus meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan segala faktor-faktor produksi yang dimilikinya secara maksimal dan efisien.
Perlu adanya peran aktif dari setiap anggota kelompok tani dalam melaksanakan program kerja yang telah direncanakan.
Usaha produktif kelompok tani (traktor) lebih baik jika disewakan kepada seluruh petani, sehingga penerimaan dari sewa traktor akan lebih banyak.
Pemerintah melalui Dinas Pertanian atau Dinas terkait lainnya sebaiknya membuka informasi sebanyak-banyaknya tentang perkembangan teknologi pertanian dari pengolahan lahan hingga pemasaran dan pentingnya mengikuti penyuluhan sehingga petani bisa memperoleh pengetahuan baru tentang usahatani yang dilakukannya.
Bantuan atau subsidi harus lebih ditingkatkan. Hal ini bertujuan agar produktivitas meningkat dan minat usahatani bagi petani non kelompok semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Tasma, Havidz dan Aima. (2013). Ekonomi Manajerial Dengan Pendekatan Matematis. Edisi Revisi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Arianda, Dwi. (2010). Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Budidaya Padi Sistem Legowo di Kabupaten Tangerang. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Badan Pusat Statistik. (2016). Kabupaten Brebes Dalam Angka 2015. Brebes.

Mayasari, F. (2015). Pengaruh Keberadaan Kelompok Tani Terhadap Pendapatan Usahatani Tembakau (Studi Kasus di Desa Tlogosari Kecamatan Sumber Malang Kabupaten Situbondo). Skripsi. Universitas Abdurachman Saleh Situbondo.

Soekartawi. (2002). Analisis Usaha Tani. Jakarta: UI-PRESS.

Soertrisno. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2016). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 0