Minggu, 13 Desember 2015

TERJAWAB SUDAH KERAGUAN HARI SANTRI

                                    TERJAWAB SUDAH KERAGUAN HARI SANTRI
                                                                 Qosim Nur Syekha
            Tahun 2015 menjadi tahun pertama diperingati sebagai hari santri yang tepatnya pada tanggal 22 Oktober. Dilantiknya Presiden RI ke 7 Jokowidodo yang sebelumnya telah mencanangkan Hari Santri pada tanggal 1 Muharam, akan tetapi oleh para petinggi Nadatul Ulama (NU) disepakati bahwa tanggal 22 Oktober lebih pantas dijadikan sebagai Hari Santri Nasional sebeb ditanggal tersebut, tahun 1945 penuh sejarah perjuangan bagi para santri. Setelah disepakati bersama, kemudian Presiden Jokowi mengeluarkan Keputusan Presiden (Kepres) nomor 22 tahun 2015 tentang Hari Santri Nasional. Dengan adanya hari santri memberikan sebuah kebanggaan untuk para santri – santri di Indonesia karena menjadi salah satu motivasi dalam berkehidupan di lingkungan pesantren.
            Sejarah mencatat bulan Oktober 1945 adalah bulan dimana terjadi pertempuran antara Indonesia dan Sekutu yang diboncengi oleh Belanda. Walaupun Belanda tahu Indonesia telah merdeka di bulan Agustus dan kemerdekaan itu dianggap belas kasihan dari Jepang, Belanda tidak mahu mengakui kemerdekaan Indonesia. Setelah mengetahui Jepang mengalami kekalahan terhadap sekutu karena terjadi pengeboman di kota Nagasaki dan Hirosima membuat Belanda ingin menguasai Indonesia kembali. Kedatangan Sekutu dan Belanda di Surabaya mendapat perlawanan sengit oleh tentara Indonesia, rakyat biasa, dan santri -  santri. Pendiri Nahdatul Ulama (NU) KH. Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa melawan penjajah hukumnya fardlu ain. Perkataan itu membuat para santri menjadi semangat dalam membela tanah air dan rela mati walaupun tanpa keahlian dalam berperang. Dengan adanya alat perang apa adanya akhirnya Sekutu dan Belanda dapat dipukul mundur oleh Indonesia dan mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia bukan dari belas kasihan Jepang tapi karena perjuangan dari warga negara Indonesia sendiri.
            Hari Santri Nasional merupakan milik kita bersama warga bangsa ini. Santri bukan hanya memiliki arti tinggal di pesantren tetapi berkelakuan santri tanpa di pesantren juga disebut santri. Indonesia yang merupakan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia membuat banyak penduduknya mempelajari islam di pesantren  - pesantren modern maupun tradisional. Belajar di pesantren merupakan salah satu identitas Indonesia yang patut kita banggakan pada dunia. Cara belajar santri yang terkenal ulet, memahami ilmu umum yang meliputi ilmu sosial dan ilmu alam, maupun ilmu agama patut kita teladani untuk seluruh bangsa ini.
Banyak kontroversi tentang Hari Santri Nasional, organisasi islam terbesar di Indonesia Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiah tidak sependapat dengan adanya  Hari Santri Nasional. Petinggi Muhamadiah beranggapan bahwa Hari Santri justru akan membuat sekat – sekat sosial yang dapat menyebabkan disintegrasi nasional, masalah – masalah perbedaan dalam memaknai keislaman yang kini mereda dapat muncul kembali karena diadakannya Hari Santri Nasional. Kebalikan dari Muhamadiah, Nahdatul Ulama (NU) justru sepenuhnya mendukung adanya Hari Santri Nasional karena melihat dari sejarah dimana perjuangan santri dahulu terhadap Indonesia sangatlah besar, para santri rela mati demi tanah airnya sendiri. Presiden Indonesia Jokowidodo berasumsi bahwa Hari Santri Nasional akan menambah rasa cinta tanah air yang sangat mendalam. Apapun kontroversinya Hari Santri Nasional sudah ditetapkan oleh Presiden dan kita sebagai rakyat sebaiknya mengikuti instruksi Presiden selama keputusannya tidak melanggar dari undang – undang.

Nama Penulis                          : Qosim Nur Syekha
Tempat, Tanggal Lahir            : Tegal, 2 Juni 1996
Alamat                                    : Jl. Menoreh No.9 Kel. Sampangan Kec. Gajah Mungkur
                                            Kota Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar